Thursday, December 23, 2010

Fisiologi : Laporan Tekanan Darah Arteri (TDA)

BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari.
Dalam kehidupan sehari-hari kita sering melihat seseorang yang memeriksa tekanan darah dengan menggunakan alat yang sering disebut tensimeter. Dari pengukuran tekanan darah ini kemudian didapatkan hasil, misalnya 120/80 mmHg yaitu tekanan darah sitole per diastole. Naik turunnya gelembung tekanan darah seirama dengan pemompaan jantung untuk mengalirkan darah di pembuluh arteri. Tekanan darah memuncak pada saat jantung memompa, ini dinamakan “systole:, dan menurun sampai pada tekanan terendah yaitu saat jantung tidak memompa (relaxes) ini disebut “Diastole” Kemudian timbul pertanyaan dalam benak kita bagaimana cara menentukan angka-angka tersebut, atau adakah hal yang memepengaruhi sehingga tekanan darah setiap orang berbeda-beda dan bagaimana pengaruhnya terhadap keadaan fisiologis seseorang.
Masalah-masalah tersebut akan dipraktikkan dan dipelajari dalam praktikum ini.

I.2. Tujuan Percobaan
Tujuan yang ingin dicapai dalam percobaan ini, sebagai berikut :
1. Mempelajari cara-cara pengukuran tekanan darah arteri.
2. Mempelajari beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah secara fisisologis.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Darah adalah suatu khusus cairan jasmani yang [menyampaikan/kirim] unsur perlu kepada sel badan- seperti bahan gizi dan oksigen- dan mengangkut sisa buangan [men]jauh dari [mereka/yang] sel sama (http://en.wikipedia.org/, 2009).
Tekanan darah adalah daya dorong ke semua arah pada seluruh permukaan yang tertutup pada dinding bagian dalam jantung dan pembuluh darah. Aksi pemompaan jantung memberikan tekanan yang mendorong darah melewati pembuluh-pembuluh. Darah mengalir melalui system pembuluh tertutup karena ada perbedaan tekanan atau gradien tekanan antara ventrikel kiri dan atrium kanan ( http://lindseylaff.blogspot.com/, 2008).
Tekanan darah arteri adalah kekuatan darah ke didinding pembuluh darah yang menampung , mengakibatkan tekanan ini berubah-ubah pada setiap siklus jantung. Pada saat ventrikel kiri memaksa darah masuk ke aorta ,tekanan naik sampai puncak yang disebut tekanan sistolik. Pada waktu diastole tekanan turun sampai mncapai titik terendah yag disebut tekanan diastole (Guyton&Hall, 2007).
Tekanan darah dalam kehidupan seseorang bervariasi secara alami. Bayi dan anak-anak secara normal memiliki tekanan darah yang jauh lebih rendah daripada dewasa. Tekanan darah juga dipengaruhi oleh aktivitas fisik, dimana akan lebih tinggi pada saat melakukan aktivitas dan lebih rendah ketika beristirahat. Tekanan darah dalam satu hari juga berbeda; paling tinggi di waktu pagi hari dan paling rendah pada saat tidur malam hari (http://id.wikipedia.org/, 2009).
Tekanan darah arteri rata-rata adalah gaya utama yang mendorong darah ke jaringan. Tekanan ini harus diatur secara ketat karena dua alasan. Pertama, tekanan tersebut harus cukup tinggi untuk menghasilkan gaya dorong yang cukup, tanpa tekanan inin, otot dan jaringan lain tidak akan menerima aliran yang adekuat seberapapun penyesuaian lokal mengenai resistensi arteriol ke organ-organ tersebut dilakukan. Kedua, tekanan tidak boleh telalu tinggi sehingga menimbulkan beban kerja tambahan bagi jantung dan meningktkan resiko kerusakan pembuluh serta kemungkinan lupturnya pembuluh-pembuluh halus (Odhemila, 2008).
Pusat integritas yang menerima impuls aferen menegenai status tekanan arteri adalah pusat control kardiovaskuler, yang terletak pada medulla di batang otak. Sebagai jalur aferen adalah system saraf otonom. Jika karena suatu hal tekanan arteri meningkat di atas normal, baroreseptor sinus karotis dan lengkung aorta meningkatkan kecepatan pembentukan potensial aksi di neuron aferen. Setelah mendapatkan informasi bahwa tekanan arteri terlalu tinggi oleh peningkatan potensial tersebut, pusat control kardiovaskuler berespons dengan mengurangi aktivitas simpatis dan meningkatkan aktivitas parasimpatis ke system kardiovaskuler. Sinyal-sinyal eferen ini menurunkan kecepatan denyut jantung, menurunkan volume sekuncup, dan menimbulkan vasodilatasi arteriol dan vena, yang pada gilirannya menurunkan curah jantung dan resistensi perifer total, sehingga tekanan darah kembali ke tingkat normal (Odhemila, 2008).
Pengukuran tekenan darah arteri pada umumnya dapat dilakukan dengan cara palpasi. Denyut nadi dipalpasi untuk mendapatkan informasi berikut : (1) frekuensi, (2) keteraturan, (3) amplitude dan (4) kualitas denyut. Perubahan frekuensi atau keteraturan denyut arteri merupakan pertanda adanya aritmia jantung. Irama jantung yang tidak teratur dihubungkan dengan variabilitas amplitude denyut nadi. Bila jarak antara dua impuls jantung tidak teratur maka waktu pengisian ventrikel menjadi tidak teratur dan dengan sendirinya volume sekuncup pada setiap denyut jantung menjadi berbeda. Misalnya, pemendekan jarak antara dua denyut jantung mengurangi waktu pengisian dan volume sekuncup, akibatnya amplitudo denyut arteri perifer tersebut berkurang. Oleh karena itu, irama yang tidak teratur kadang-kadang dikaitkan dengan defisit denyut radialis, atau palpasi denyut radialis lebih lambat daripada auskultasi frekuensi denyut pada daerah apeks. Hal ini menunjukkan bahwa waktu pengisian vebtrikel begitu singkat hingga volume darah yang dikelurakan ke perifer pada denyut yang bersangkutan terlalu kecil hingga tak dapat pada jaringan perifer (Price&Wilson, 2008).
Kualitas denyut nadi merupakan indeks perfusi perifer yang penting. Denyut nadi yang terus-menerus lemah dan hampir tidak teraba dapat menunjukkan volume sekuncup yang kecil atau peningkatan resistensi pembuluh darah perifer. Sebaliknya denyut nadi yang kuat dan meloncat-loncat dapat dihubungkan dengan volume sekuncup yang besar dan resistensi pembuluh darah perifer yang berkurang. Cara terbaik untuk mengetahui bentuk denyut nadi adalah dengan palpasi ringan arteri karotis. Denyut yang kecil dengan upstroke yang lambat merupakan ciri khas stenosi aorta-lesi menghalangi aliran darah melalui katup aorta. Denyut ini disebut denyut anakrotik, upstroke yang almbat disebut sebagai pulpus tardus. Lesi regurgitasi katup aorta menimbulkan denyut nadi yang meloncat naik dengan cepat serta melemah dengan cepat pula, keadaan ini dikenal dengan sebutanwaterhammer pulse (denyut pukulan air) (Price&Wilson, 2008).
Kesan mengenai konsistensi dinding arteri paling baik diperoleh dengan meraba arteri perifer. Denagn demikian dapat dideteksi adanya penebalan atau pengerasan dinding arteri. Pemerikasaan kardiovaskuleryang lengkap juga menyangkut palpasi denyut arteri untuk mengetahui kualitas dan ekualitas berbagai arteri: (1) dorsalis pedis, (2) tibialis posterior, (3) poplitea, (4) femoralis, (5) radialis, (6) brakhialis dan (7) karotis,. Denyut sisi kiri harus dibandingkan dengan denut sisi kanan dan sebaliknya. Kualitas denyut perifer diberi skala dari 0 sampai 4+. Bila dicurigai terdapat penyempitan, diindikasikan auskultasi di atas tempat berjalannya arteri untuk mengetahui adanya bising (Price&Wilson, 2008).
Pemeriksaan harus dilakukan pada kedua lengan. Jika diduga terdapat hipotensi postural, pengukuran harus dibandingkan pada saat berbaring terlentan, sewaktu duduk, dan berdiri. Tekanan arteri normal adalah sekitar 120/80 mmHg. Pada umumnya, hipertensi (tekanan darah tinggi) ditandai oleh tekanan diastolic diatas 95 mmHg. Hipotensi pada seorang individu, sebaiknya ditentukan dari cukup tidaknya perfusi perifer. Tanda awal yang menunjukkan adanya kekurangan perfusi perifer adalah penurunan volume urine, kulit pucat dan dingin, serta berkurangnya denyut perifer. Ginjal dan kulit merupakan organyang aktivitas metaboliknya agak kecil; sewaktu tekana arteri menurun, darah dialirkan ke organ-organ yang lebih vital, yaitu jantung dan otak (Price&Wilson, 2008).
Tekanan nadi adalah perbedaan antara tekana darah sistolik dan diastolik. Misalnya, tekanan darah sebesar 120/80 mmHg sesuai dengan tekanan nadi sebesar 40 mmHg. Bila tekanan nadi berkurang dan timbul kompensasi vasokonstriksi simpatik, maka tekanan nadi berkurang atau menyempit. Penurunan tekanan sampai 105/90 akan mempersempit tekanan nadi sampai 15 mmHg. Tekanan nadi ini terutama dipengaruhi oleh volume sekuncup dan resistensi perifer. Tekanan nadi yang kecil menandakan volume sekuncup yang rendah, resistensi perifer yang tinggi ataupun keduanya. Tekanan darah yang menurun dan tekanan nadi yang mengecil merupakan pertanda buruk suatu disfungsi ventrikel kiri. Tekanan arteri rata-rata (mean arterial pressure, MAP) adalah tekanan perfusi perifer rata-rata. Nilai ini bukan nilai rata-rata dari tekanan sistolik dan diastolik saja, karena pada frekuensi jantung yang normal, durasi diastolic melebihi durasi sistolik. Dengan demikian tekanan arteri rata-rata diperkirakan dengan menggandakan tekanan diastolik, menambahkan dengan tekanan sistolik, dan hasilnya dibagi tiga (Price&Wilson, 2008).
Dua faktor utama yang mempengaruhi tekanan nadi, (1) curah volume sekuncup dari jantung dan (2) komplians dari sistem arteri. Volume sekuncup jantung adalah jumlah darah yang dipompa dari tiap-tiap ventrikel pada setiap denyut jantung, dalam keadaan normal volume sekuncup sekitar 70 ml, tetapi dalam keadaan yang sesuai dengan kehidupan ,volume sekuncup dapat turun sampai beberapa milimeter per denyut dan dapat meningkat sampai sekitar 140 ml per denyut pada jantung normal dan sampai lebih lebih dari 200 ml/ denyut pada orang dengan jantung yang sangat besar, seperti pada beberapa atlit (Guyton&Hall,2007).








BAB III
METODOLOGI PERCOBAAN

III.1. Alat
Alat yang digunakan dalam melakukan percobaan ini, yaitu:
1. Manometer aneroid
2. Stetoskop.

III.2. Cara Kerja
Pada percobaan ini hanya dilakukan pengukuran tekanan darah arteri dengan cara palpasi dengan cara, sebagai berikut:
Cara palpasi (metode Riva Rocci)

Segala bentuk pakaian harus dilepaskan dari lengan atas dan manset dipasang dengan ketat dan sempurna pada lengan. Bila manset tidak terpasang dengan tepat maka dapat diperoleh pembacaan yang abnormal tinggi. Saluran karet dari manset kemudian dihubungkan dengan manometer. Sekarang rabahlah arteri radialis pada pergelangan tangan orang coba dan tekanan dalam manset dinaikkan dengan memo,pa sampai denyut nadi (denyut arteri radialis) menghilang. Tekanan dalam manset kemudian diturunkan dengan memutar tombol pada pompa perlahan-lahan yaitu dengan kecepatan kira-kira 3 mm/detik. Saat dimana denyut arteri radialis teraba kembali menunjukkan tekanan darah sistolis. Dengan metode ini kita tidak dapat menentukan tekanan darah diastolis. Metode palpasi harus dilakukan sebelum melakukan auskultasi untuk menentukan tinggi tekanan sistolis yang diharapkan.


BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1. Hasil
Adapun hasil dari percobaan ini yang dilakukan secara palpasi, yaitu:


No.
Nama
L/P
Tekanan Sistolik
1. Nining Rahmawati P 80 mmHg
2. Nurafni P 100 mmHg
3. Dedi L 120 mmHg
4. Syawir L 100 mmHg
5. Kartika said P 100 mmHg
6. Nita Afriani Khairul P 90 mmHg
7. Sartika Umar P 100 mmHg
8. Nurbuana Tando P 100 mmHg
9. Nurianti P 100 mmHg

IV.2. Pembahasan
Cara palpasi hanya dapat menentukan tekanan diastole dimana pada percobaan ini tekanan diastole didapatkan berkisar antara 80 mmHg sampai 120 mmHg. Palpasi dilakukan sebelum melakukan auskultasi karena dari pengukuran palpasi kita akan mendapatkan nilai standar patokan untuk mengukur tekanan darah dengan cara auskultasi. Cara palpasi lebih umum digunakan karena lebih sederhana atau paraktis karena hanya menggunakan manometer aneroid atau air raksa serta lebih akurat. Tetapi ada kekurangannya yaitu hanya dapat menetukan tekanan diastolik.



BAB V
PENUTUP

V.1. Penutup
Adapun kesimpulan yang didapatkan dalam percobaan ini, yaitu:
1. Cara-cara pengukuran tekanan darah arteri adalah dengan cara palpasi, auskultasi dan osilasi, namun dalam percobaan ini hanya dilakukan metode palpasi.
2. Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi tekanan darah secara fisiologis adalah karena istirahat, perubahan sikap, kerja otot dan pengaruh berfikir, inspirasi dan ekspirasi yang kuat.
3. Meningkatnya tekanan darah di dalam arteri bisa terjadi melalui beberapa cara diantaranya yaitu jantung memompa lebih kuat sehingga mengalirkan lebih banyak cairan pada setiap detiknya, arteri besar kehilangan kelenturannya dan menjadi kaku, dan bertambahnya cairan dalam sirkulasi.

V.2. saran
Untuk asisten
Sebaiknya datang tepat waktu di laboratorium agar praktikan bisa melakukan semua metode pengukuran tekanan darah arteri yang tercamtum di penuntun.
Untuk laboratorium
Sebaiknya bagian laboratorium melengkapi alat-alat laboratorium yang akan digunakan serta menentukan tempat praktikum yang tepat.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Blood. http://en.wikipedia.org/. (23 Juni 2009)
Anonim. 2009. Tekanan Darah. http://id.wikipedia.org/. (23 Juni 2009)
Anonim. 2008. Tekanan Darah. http://lindseylaff.blogspot.com/
Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Textbook Of Medical Physiology), Buku kedokteran EGC, Jakarta.
Odhemila. 2008. Laporan Tekanan Darah Arteri. http://odhemila.blogspot.com/. (23 Juni 2009)
Price dan Wilson. 2003. Patofisiologi (konsep klinis proses-proses penyakit), Buku kedokteran EGC, Jakarta.

No comments:

Post a Comment