BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Penyakit diare
masih menjadi penyebab kematian balita (bayi dibawah 5 tahun) terbesar didunia.
Menurut catatan UNICEF, setiap detik 1 balita meninggal karena diare. Diare
sering kali dianggap sebagai penyakit sepele, padahal di tingkat global dan
nasional fakta menunjukkan sebaliknya. Menurut catatan WHO, diare membunuh 2
juta anak didunia setiap tahun, sedangkan di Indonesia, menurut Surkesnas
(2001) diare merupakan salah satu penyebab kematian ke 2 terbesar pada balita.
Solusi dalam
hal ini adalah memberikan pengajaran kepada orang tua mengenai
kesehatan dan perawatan anak dan bayi di rumah. Namun
dalam menjalankannya seseorang harus mengetahui bayak hal seperti penyesuaian
terhadap kehidupan, pengkajian klinis dan yang pasti asuhan keperawatan pada
bayi baru lahir (pengkajian, perencanaan, intervensi, implementasi, dan
evaluasi) .Melalui makalah ini pembaca dapat mengetahui tentang asuhan apa saja
yang akan diberikan kepada bayi dan anak yang menderita penyakit tersebut.
1.2 Rumusan
Masalah
1.
Apa definisi
penyakit Diare?
2.
Apa saja
jenis-jenis penyakit Diare?
3.
Bagaimana menjelaskan
penyebab dan proses terjadinya Diare?
4.
Bagaimana menjelaskan
cara mengatasi Diare?
5.
Menjelaskan konsep
asuhan keperawatan pada anak yang terkena penyakit Diare ?
1.3 Tujuan
1
Mengetahui tentang
penyakit Diare.
2
Mengetahui tentang
jenis-jenis penyakit Diare.
3
Menjelaskan penyebab
dan proses terjadinya Diare.
4
Menjelaskan cara mengatasi Diare.
5
Menjelaskan konsep
asuhan keperawatan pada anak yang terkena penyakit Diare .
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Konsep Diare
- Pengertian
Diare adalah buang air besar
(defekasi) dengan jumlah tinja yang lebih banyak dari biasanya
(normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair /setengah padat,
dapat disertai frekuensi yang meningkat. Menurut
WHO (1980), diare adalah buang air besar encer lebih dari 3 x sehari.
Diare
didefinisikan sebagai buang air besar lembek atau cair bahkan dapat berupa air
saja yang frekuensinya lebih sering dari biasanya (3 kali atau lebih dalam
sehari) (Depkes RI Ditjen PPM dan PLP, 2002). Diare
terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya , yaitu diare akut dan kronis
(Mansjoer,A.1999,501).
Berdasarkan dari pendapat para ahli maka dapat disimpulkan Diare
adalah buang air besar (BAB) yang tidak normal, berbentuk tinja cair disertai
lendir atau darah atau lendir saja, frekuensi lebih tiga kali sehari.
Menurut
pedoman MTBS (2000), diare dapat dikelompokkan menjadi :
- Diare akut : terbagi atas diare dengan dehidrasi berat, diare
dengan dehidrasi sedang, diare dengan dehidrasi ringan
- Diare persiten : jika diare berlangsung 14 hari/lebih. Terbagi atas
diare persiten dengan dehidrasi dan persiten tanpa dehidrasi
- Disentri : jika diare berlangsung disertai dengan darah.
- Etiologi
1. Faktor
infeksi : Bakteri ( Shigella, Shalmonella, Vibrio kholera), Virus
(Enterovirus), parasit (cacing), Kandida (Candida Albicans).
2. Faktor
parentral : Infeksi dibagian tubuh lain (OMA sering terjadi pada anak-anak).
3. Faktor
malabsorbsi : Karbohidrat, lemak,
protein.
4. Faktor
makanan : Makanan basi, beracun, terlampau banyak lemak, sayuran dimasak kurang
matang.
5. Faktor
Psikologis : Rasa takut, cemas.
6. Obat-obatan : antibiotic.
7. Penyakit usus : colitis ulcerative,
crohn disease, enterocolitis, obstruksi usus
- Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala anak yang
menderita diare, yaitu:
- Bayi atau anak menjadi cengeng dan gelisah
- Suhu tubuh meninggi/demam
- Feces encer, berlendir atau berdarah
- Warna feces kehijauan akibat bercampur dengan cairan
empedu
- Anus lecet
- Muntah sebelum dan sesudah diare
- Anoreksia
- Gangguan gizi akibat intake makanan kurang
- Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, yaitu penurunan
berat badan, turgor kulit berkurang, mata dan ubun-ubun besar cekung,
membran mukosa kering.
10. Sering buang air besar dengan
konsistensi tinja cair atau encer
11. Keram abdominal
12. Mual dan muntah
13. Lemah
14. Pucat
15. Perubahan TTV : Nadi dan pernafasan
cepat.
16. Menurun atau tidak ada pengeluaran urine
- Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya diare ialah:
1.
Gangguan osmotic
Adanya makanan atau zat yang
tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan osmotik dalam lumen usus meningkat
sehingga terjadi pergeseran air dan elektroloit ke dalam lumen usus. Isi rongga
usus yang berlebihan akan merangsang usus untuk mengeluarkannya sehingga timbul
diare.
2.
Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu
(misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi peningkatan sekresi, air dan
elektrolit ke dalam lumen usus dan selanjutnya timbul diare kerena peningkatan
isi lumen usus.
3.
Gangguan motilitas usus
Hiperperistaltik akan menyebabkan
berkurangnya kesempatan usus untuk menyerap makanan sehingga timbul diare.
Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan mengakibatkan bakteri tumbuh
berlebihan, selanjutnya dapat timbul diare pula.
4.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya
mikroorganisme hidup ke dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam
lambung, mikroorganisme tersebut berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin
dan akibat toksin tersebut terjadi hipersekresi yang selanjutnya akan
menimbulkan diare.
Sedangkan
akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
1)
Kehilangan air (dehidrasi)
Dehidrasi
terjadi karena kehilangan air (output) lebih banyak dari pemasukan (input),
merupakan penyebab terjadinya kematian pada diare.
2)
Gangguan keseimbangan asam basa (metabik asidosis)
Hal ini terjadi karena
kehilangan Na-bicarbonat bersama tinja. Metabolisme lemak tidak sempurna
sehingga benda kotor tertimbun dalam tubuh, terjadinya penimbunan asam laktat
karena adanya anorexia jaringan. Produk metabolisme yang bersifat asam meningkat
karena tidak dapat dikeluarkan oleh ginjal (terjadi oliguria/anuria) dan
terjadinya pemindahan ion Na dari cairan ekstraseluler kedalam cairan
intraseluler.
3)
Hipoglikemia
Hipoglikemia terjadi pada 2-3%
anak yang menderita diare, lebih sering pada anak yang sebelumnya telah
menderita KKP. Hal ini terjadi karena adanya gangguan penyimpanan/penyediaan
glikogen dalam hati dan adanya gangguan absorbsi glukosa. Gejala hipoglikemia
akan muncul jika kadar glukosa darah menurun hingga 40 mg% pada bayi dan 50%
pada anak-anak.
4)
Gangguan gizi
Terjadinya penurunan
berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:
-
Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut
diare atau muntah yang bertambah hebat.
-
Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan
pengeluaran dan susu yang encer ini diberikan terlalu lama.
-
Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan
diabsorbsi dengan baik karena adanya hiperperistaltik.
5)
Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat
terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya perfusi jaringan berkurang dan
terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat mengakibatkan perdarahan
otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi klien akan meninggal.
Pathways
faktor infeksi
F malabsorbsi F makanan F. Psikologi
KH,Lemak,Protein
Masuk dan ber meningk.
Tek osmo toksin tak dapat
cemas
kembang dlm tik diserap
usus
Hipersekresi air pergeseran
air dan hiperperistaltik
dan elektrolit elektrolit ke rongga
( isi rongga usus)
usus menurunya
kesempatan usus
menyerap
makanan
D
I A R E
Frek. BAB meningkat distensi abdomen
|
|||||
Kehilangan cairan & elekt gangguan
berlebihan integritas
kulit
|
gg. kes. cairan & elekt As.
Metabl mual, muntah
Resiko hipovolemi syok
sesak nafsu makan
Gang. Oksigensi BB menurun
Gangg. Tumbang
- Komplikasi
Sebagai akibat
kehilangan cairan dan elektrolit secara mendadak, dapat terjadi berbagai macam
komplikasi, seperti:
1.
Dehidrasi
Ø Dehidrasi
Ringan
Kehilangan cairan 2 – 5 % dari berat badan dengan
gambaran klinik turgor kulit kurang elastis, suara serak, klien belum jatuh pada keadaan syok.
Penatalaksanaan : Berikan cairan 1 jam pertama 25-50 ml/kg bb
selanjutnya 125 ml/kg bb/hari
Ø Dehidrasi
Sedang
Kehilangan cairan 5 – 8 % dari berat badan dengan
gambaran klinik turgor kulit jelek, suara serak, presyok nadi cepat dan dalam.
Penatalaksanaan
: Berikan cairan 1 jam pertama 50-100 ml/kg bb selanjutnya 125 ml/kg bb/hari
Ø Dehidrasi
Berat
Kehilangan cairan 8 - 10 % dari berat badan dengan
gambaran klinik seperti tanda-tanda dehidrasi
sedang ditambah dengan kesadaran menurun, apatis sampai koma, otot-otot kaku
sampai sianosis.
Penatalaksanaan :
·
Bayi baru lahir (berat badan 2-3 kg)
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg
bb/24 jam dengan pemberian cairan 4:1 ( 4 glukosa5%+1 NaHCOз 1½%) dengan cara
pemberian: 4 jam pertama 25 ml/kg bb/jam, 20 jam berikutnya 150 ml/kg bb/20
jam.
·
Bayi berat badan lahir rendah (berat badan <
2 kg)
Kebutuhan cairan: 250 ml/kg
bb/24 jam, pemberian cairan adalah 4 glukosa 10% + 1 NaHCOз 1½%, dengan pemberian 4 jam pertama 25 ml/kg
bb/jam, 20 jam berikutnya 150 ml/kg bb/20 jam .
·
Umur 2-5 tahun (berat badan 3-10kg)
Cara pemberiannya adalah 1 jam
pertama 40 ml/kg bb/jam kemudian dilanjutkan 7 jam berikutnya 12 ml/kg bb/menit
dan 16 jam kemudian 125 ml/kg bb.
·
Umur 2-5 tahun (berat badan 10-15 kg)
Cara pemberiannya adalah 1 jam
pertama 30 ml/kg bb/jam kemudian dilanjutkan 7 jam berikutnya 10 ml/kg bb/menit
dan 16 jam kemudian 125 ml/kg bb.
·
Umur 5-10 tahun (berat badan 15-25kg)
Cara pemberiannya adalah 1 jam
pertama 20 ml/kg bb/jam kemudian dilanjutkan 7 jam berikutnya 10 ml/kg bb/menit
dan 16 jam kemudian 105 ml/kg bb ( FKUI,1985 ).
- Renjatan hipovolemik
- Hipokalemia
- Hipoglikemia
- Intoleransi laktosa sekunder
- Kejang, terutama pada dehidrasi hipertonik
- Malnutrisi energi protein
F. Pemeriksaan Diagnostik
·
Riwayat
alergi pada obat-obatan atau makanan
·
Kultur
tinja
·
Pemeriksaan
elektrolit, BUN, creatinine, dan glukosa.
·
Pemeriksaan
tinja : pH, leukosit, glukosa, dan
adanya darah.
- Penatalaksanaan
v
Medis
1)
Pemberian cairan.
a. Cairan per
oral.
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang, cairan diberikan peroral berupa cairan yang
berisikan NaCl dan Na, HCO, K dan Glukosa, untuk Diare akut diatas umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan, atau sedang kadar
natrium 50-60 Meq/l dapat dibuat sendiri (mengandung
larutan garam dan gula ) atau air tajin yang diberi gula dengan garam. Hal tersebut diatas adalah untuk pengobatan
dirumah sebelum dibawa kerumah sakit untuk mencegah
dehidrasi lebih lanjut.
b. Cairan parenteral.
Mengenai seberapa banyak cairan yang harus diberikan tergantung
dari berat badan atau ringannya dehidrasi, yang diperhitungkan kehilangan cairan sesuai dengan umur dan berat
badannya.
Jadwal pemberian cairan
a) Belum ada dehidrasi
·
Oral: 1 gelas setiap kali anak buang air besar
·
Parenteral dibagi rata dalam 24 jam
b) Dehidrasi ringan
·
1 jam pertama: 25-50 ml/kgBB peroral atau
intragastrik
·
Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
c) Dehidrasi sedang
·
1 jam pertama: 50-100ml/kgBB peroral atau
intragastrik
·
Selanjutnya: 125 ml/kgBB/hari
d) Dehidrasi berat
Jadwal pemberian cairan didasarkan pada umur dan BB anak
2)
Diatetik : pemberian makanan dan minuman khusus
pada klien dengan tujuan penyembuhan
dan menjaga kesehatan adapun hal yang perlu diperhatikan :
Ø Memberikan
asi.
Memberikan bahan makanan yang
mengandung kalori, protein, vitamin, mineral dan makanan yang bersih.
Ø Makanan
setengah padat (bubur) atau makanan padat (nasi tim) bila anak tidak mau minum
susu.
Ø Susu
khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu rendah
laktosa atau asam lemak yang berantai sedang atau tidak jenuh.
3)
Obat-obatan.
Prinsip
pengobatan diare adalah menggantikan cairan yang hilang melalui tinja dengan
atau tanpa muntah, dengan cairan yang mengandung elektrolit dan glukosa atau
karbohidrat lain (gula, air tajin, tepung beras, dll)
Ø Obat
anti sekresi.
Ø Obat
anti spasmolitik.
Ø Obat pengeras tinja.
Ø Obat
antibiotik.
Pencegahan diare bisa dilakukan dengan
mengusahakan lingkungan yang bersih dan sehat :
1. Usahakan
untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.
2. Usahakan
pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
3. Sebaiknya
air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di lingkungan tempst
tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak berbau, tidak berwarna
dan tidak berasa.
4. Tutup
makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5. Setiap
kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.
6. Biasakan
anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan tempat. Kalau bisa
membawa makanan sendiri saat ke sekolah.
7. Buatlah
sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti air
bersih dan jamban/WC yang memadai.
8. Pembuatan
jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya, jarak antara jamban
(juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air sedikitnya 10 meter agar
air tidak terkontaminasi. Dengan demikian, warga bisa menggunakan air bersih
untuk keperluan sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.
2.2 KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN
- Pengkajian Keperawatan
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia.
Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama kehidupan. Insiden paling tinggi
adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan kuman usus merangsang kekebalan
terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan penurunan insidence penyakit
pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau lebih imunitas aktif mulai
terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi
usus asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak
menyadari adanya infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari
pola makan dan perawatannya .
2. Keluhan
Utama
BAB lebih dari 3 kali sehari
3. Riwayat
Penyakit Sekarang
BAB warna kuning kehijauan,
bercampur lendir dan darah
atau lendir saja. Konsistensi encer, frekuensi lebih dari 3 kali, waktu
pengeluaran : 3-5 hari (diare akut), lebih dari 7 hari ( diare berkepanjangan),
lebih dari 14 hari (diare kronis).
4. Riwayat
Penyakit Dahulu
Pernah mengalami diare
sebelumnya, pemakian antibiotik atau kortikosteroid jangka panjang (perubahan
candida albicans dari saprofit menjadi parasit), alergi makanan, ISPA, ISK, OMA
campak.
5. Riwayat
Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan
yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi yang diberikan 3 kali setiap
hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi pada anak usia toddler
sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik, menjaga kebersihan dan
sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
6. Riwayat
Kesehatan Keluarga
Ada salah satu keluarga yang
mengalami diare.
7. Riwayat
Kesehatan Lingkungan
Penyimpanan makanan pada suhu kamar, kurang menjaga
kebersihan, lingkungan tempat tinggal.
8. Riwayat
Pertumbuhan dan perkembangan
a. Pertumbuhan
·
Kenaikan BB karena umur 1 –3 tahun berkisar
antara 1,5-2,5 kg (rata-rata 2 kg), PB
6-10 cm (rata-rata 8 cm) pertahun.
·
Kenaikan linkar kepala : 12cm ditahun pertama
dan 2 cm ditahun kedua dan seterusnya.
·
Tumbuh gigi 8 buah : tambahan gigi susu; geraham
pertama dan gigi taring, seluruhnya berjumlah 14 – 16 buah
·
Erupsi gigi : geraham perama menusul gigi taring.
b. Perkembangan
Tahap
perkembangan Psikoseksual menurut Sigmund Freud:
·
Fase anal : Pengeluaran tinja menjadi sumber
kepuasan libido, mulai menunjukan keakuannya, cinta diri sendiri/ egoistic,
mulai kenal dengan tubuhnya, tugas utamanyan adalah latihan kebersihan,
perkembangan bicra dan bahasa (meniru dan mengulang kata sederhana, hubungna
interpersonal, bermain).
Tahap perkembangan psikososial
menurut Erik Erikson:
·
Autonomy vs Shame and doundt
·
Perkembangn ketrampilan motorik dan bahasa
dipelajari anak toddler dari lingkungan dan keuntungan yang ia peroleh Dario
kemam puannya untuk mandiri (tak tergantug). Melalui dorongan orang tua untuk
makan, berpakaian, BAB sendiri, jika orang tua terlalu over protektif menuntut
harapan yanag terlalu tinggi maka anak akan merasa malu dan ragu-ragu seperti
juga halnya perasaan tidak mampu yang dapat berkembang pada diri anak.
·
Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan
kecerdasan, bergaul dan mandiri : Umur 2-3 tahun :
1.
berdiri dengan
satu kaki tanpa berpegangan sedikitpun
2.
hitungan (GK)
3.
Meniru membuat garis lurus (GH)
4.
Menyatakan keinginan
sedikitnya dengan dua kata (BBK)
5.
Melepas pakaian sendiri (BM)
9. Pemeriksaan
Fisik
a. pengukuran
panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil, lingkar kepala,
lingkar abdomen membesar,
b. keadaan
umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c. Kepala
: ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak umur 1 tahun lebih
d. Mata
: cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem
pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic meningkat >
35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal atau tidak haus, minum
lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau kelihatan bisa minum
f. Sistem
Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis metabolic
(kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem
kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun pada diare
sedang.
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor
menurun > 2 dt, suhu meningkat > 375 0 c, akral hangat, akral
dingin (waspada syok), capillary refill time memajang > 2 detik, kemerahan
pada daerah perianal.
i.
Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai
anuria (200-400 ml/ 24 jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j.
Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa
mengalami stress yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap
tindakan invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian
menerima.
10. Pemeriksaan
Penunjang
1)
Laboratorium :
·
feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
·
Serum elektrolit : Hiponatremi, Hipernatremi,
hipokalemi
·
AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, PO2 meningkat, PCO2 meningkat, HCO3
menurun )
·
Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2)
Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni
- DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Gangguan
keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder
terhadap diare.
2. Perubahan
nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau output
berlebihan dan intake yang kurang
3. Resiko
peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi sekunder terhadap diare
4. Resiko
gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.
5. Kecemasan
anak berhubungan dengan tindakan invasive.
6.
Perubahan proses
keluarga berhubungan dengan krisis situasi, kurang pengetahuan.
- INTERVENSI KEPERAWATAN
Diagnosa 1: Gangguan keseimbangan cairan
dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan cairan skunder terhadap diare
Tujuan :
setelah dilakukan tindakan keperawatan selama 3 x 24 jam keseimbangan dan
elektrolit dipertahankan secara maksimal
Kriteria hasil
:
·
Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt,
S; 36-37,50 c, RR : < 40
x/mnt )
·
Turgor elastik , membran mukosa bibir basah,
mata tidak cowong, UUB tidak cekung.
·
Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
1)
Pantau tanda dan gejala kekurangan cairan dan
elektrolit
R/ Penurunan sisrkulasi volume
cairan menyebabkan kekeringan mukosa dan pemekatan urin. Deteksi dini
memungkinkan terapi pergantian cairan segera untuk memperbaiki defisit
2)
Beri LRO (larutan rehidrasi oral)
R/ Untuk rehidrasi dan
penggantian kehilangan cairan melalui feses
3)
Berikan LRO sedikit tapi sering/anjurkan keluarga untuk
memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
R/ Mengganti
cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
4)
Setelah rehidrasi berikan diet regular pada anak sesuai
toleransi
R/ Karena penelitian menunjukkan pemberian ulang
diet normal secara dini bersifat menguntungkan untuk menurunkan jumlah defekasi
dan penurunan berat badan serta pemendekan durasi penyakit
5)
Pantau intake dan output (urin, feses, dan emesis)
R/ Untuk mengevaluasi keefektifan
intervensi
6)
Timbang berat badan setiap hari
R/ Mendeteksi kehilangan cairan ,
penurunan 1 kg BB sama dengan kehilangan cairan 1 lt
7)
Kaji TTV, turgor kulit, membrane mukosa, dan status
mental setiap 4 jam atau sesuai indikasi
R/ Untuk mengkaji hidrasi
8)
Hindari masukan cairan jernih seperti jus buah, minuman
berkarbonat, dan gelatin
R/ Karena cairan ini biasanya
tinggi karbohidrat, rendah elektrolit, dan mempunyai osmolaritas yang tinggi
9)
Kolaborasi :
-
Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca,
BUN)
R/ koreksi keseimbang cairan dan
elektrolit, BUN untuk mengetahui faal ginjal (kompensasi).
- Cairan
parenteral ( IV line ) sesuai dengan umur
R/ Mengganti
cairan dan elektrolit secara adekuat dan cepat.
- Obat-obatan
: (antisekresin, antispasmolitik, antibiotik)
R/ anti sekresi
untuk menurunkan sekresi cairan dan elektrolit agar simbang, antispasmolitik
untuk proses absorbsi normal, antibiotik sebagai anti bakteri berspektrum luas
untuk menghambat endotoksin.
10)
Instruksikan keluarga dalam memberikan terapi yang
tepat, pemantauan masukkan dan keluaran, dan mengkaji tanda-tanda dehidrasi
R/ Untuk
menjamin hasil optimum dan memperbaiki kepatuhan terhadap aturan terapeutik
Diagnosa 2 : Perubahan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan tidak adekuatnya intake dan out
put
Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan selama dirumah di RS
kebutuhan nutrisi terpenuhi
Kriteria : - Nafsu makan meningkat
- BB meningkat atau normal sesuai umur
Intervensi :
1)
Diskusikan dan jelaskan tentang pembatasan diet
(makanan berserat tinggi, berlemak dan air terlalu panas atau dingin)
R/ Serat tinggi, lemak,air
terlalu panas / dingin dapat merangsang mengiritasi lambung dan saluran usus.
2)
Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan makanan
dalam keadaan hangat
R/ situasi yang nyaman, rileks
akan merangsang nafsu makan.
3)
Berikan jam istirahat (tidur) serta kurangi kegiatan
yang berlebihan
R/ Mengurangi pemakaian energi
yang berlebihan
4)
Observasi dan catat respos terhadap pemberian makan
R/ Untuk mengkaji toleransi
pemberian makan
5)
Kolaborasi dengan tim kesehatan lain :
a. terapi
gizi : Diet TKTP rendah serat, susu
b. obat-obatan
atau vitamin ( A)
R/ Mengandung zat yang diperlukan
, untuk proses pertumbuhan
6)
Instruksikan keluarga dalam memberikan diet yang tepat
R/ untuk meningkatkan kepatuhan
terhadap program terpautik
Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh
berhubungan dengan proses infeksi dampak sekunder dari diare
Tujuan : Setelah
dilakukan tindakan perawatan selama 3x 24 jam tidak terjadi peningkatan suhu
tubuh
Kriteria
hasil : suhu tubuh dalam batas normal ( 36-37,5 C)
Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor,
kalor, tumor, fungtio leasa)
Intervensi :
1)
Monitor suhu tubuh setiap 2 jam
R/ Deteksi dini terjadinya
perubahan abnormal fungsi tubuh ( adanya infeksi)
2)
Berikan kompres hangat
R/ merangsang pusat pengatur
panas untuk menurunkan produksi panas tubuh
3)
Kolaborasi pemberian antipirektik
R/ Merangsang pusat pengatur
panas di otak
Diagnosa 4 :Resiko gangguan integritas
kulit perianal berhubungan dengan
peningkatan frekwensi BAB (diare)
Tujuan : setelah dilakukan tindaka keperawtan
selama di rumah sakit integritas kulit tidak terganggu
Kriteria
hasil : - Tidak terjadi iritasi : kemerahan, lecet, kebersihan terjaga
-
Keluarga mampu mendemontrasikan perawatan perianal
dengan baik dan benar
Intervensi :
1)
Diskusikan dan jelaskan pentingnya menjaga tempat tidur
R/ Kebersihan mencegah perkembang
biakan kuman
2)
Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat
perianal (bila basah dan mengganti pakaian bawah serta alasnya)
R/ Mencegah terjadinya iritassi
kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban dan keasaman feces
3)
Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3
jam
R/ Melancarkan vaskulerisasi,
mengurangi penekanan yang lama sehingga tak terjadi iskemi dan irirtasi .
Diagnosa 5 :
Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive
Tujuan : setelah dilakukan tindakan perawatan
selama di rumah sakit, klien mampu beradaptasi
Kriteria
hasil : Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan
tidak rewel
Intervensi :
1) Libatkan
keluarga dalam melakukan tindakan
perawatan
R/ Pendekatan awal pada anak
melalui ibu atau keluarga
2) Hindari
persepsi yang salah pada perawat dan RS
R/ mengurangi rasa takut anak
terhadap perawat dan lingkungan RS
3) Berikan
pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan
R/ menambah rasa percaya diri
anak akan keberanian dan kemampuannya
4) Lakukan
kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non verbal
(sentuhan, belaian dll)
R/ Kasih saying serta pengenalan
diri perawat akan menunbuhkan rasa aman pada klien.
5) Berikan
mainan sebagai rangsang sensori anak.
Diagnosa
6 : Perubahan proses keluarga berhubungan dengan
krisis situasi, kurang pengetahuan.
Tujuan :
Keluarga memahami tentangg penyakit anaknya dan pengobatannya serta mampu
memberikan perawatan.
Kriteria
hasil :
Keluarga menunjukkan kemampuan untuk merawat anak, khususnya di rumah.
Intervensi :
1)
Berikan informasi pada
keluarga tentang penyakit anak dan tindakan terapeutik
R/
Untuk mendorong kepatuhan terhadap program
terapeutik, khususnya jika sudah berada di rumah.
2)
Bantu keluarga dalam
memberikan rasa nyaman dan dukungan pada anak.
R/
Untuk memenuhi kebutuhan rasa aman dan nyaman pada anak serta mau kooperatif
3)
Izinkan anggota
keluarga untuk berpartisipasi dalam perawatan anak sebanyak yang mereka inginkan
R/
Untuk memenuhi kebutuhan anak dan keluarga.
4)
Instruksikan keluarga
mengenai pencegahan
R/
Untuk mencegah penyebaran infeksi.
5)
Atur perawatan kesehaan
pascahospitalisasi
R/
Untuk menjamin pengkajian dan pengobatan yang
kontinu.
6)
Rujuk keluarga pada
lembaga perawatan kesehatan komunitas
R/ Untuk
pengawasan perawata di rumah sesuai kebutuhan.
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Diare adalah buang air besar
(BAB) yang tidak normal (normal
100-200 cc/jam tinja), berbentuk tinja cair disertai lendir atau darah atau
lendir saja, frekuensi lebih tiga kali.
Perlu penanganan yang tepat untuk mencegah diare. Pencegahan diare bisa dilakukan dengan
mengusahakan lingkungan yang bersih dan sehat :
1. Usahakan
untuk selalu mencuci tangan sebelum menyentuh makanan.
2. Usahakan
pula menjaga kebersihan alat-alat makan.
3. Sebaiknya
air yang diminum memenuhi kebutuhan sanitasi standar di lingkungan tempst
tinggal. Air dimasak benar-benar mendidih, bersih, tidak berbau, tidak berwarna
dan tidak berasa.
4. Tutup
makanan dan minuman yang disediakan di meja.
5. Setiap
kali habis pergi usahakan selalu mencuci tangan, kaki, dan muka.
6. Biasakan
anak untuk makan di rumah dan tidak jajan di sembarangan tempat. Kalau bisa
membawa makanan sendiri saat ke sekolah.
7. Buatlah
sarana sanitasi dasar yang sehat di lingkungan tempat tinggal, seperti air
bersih dan jamban/WC yang memadai.
8. Pembuatan
jamban harus sesuai persyaratan sanitasi standar. Misalnya, jarak antara jamban
(juga jamban tetangga) dengan sumur atau sumber air sedikitnya 10 meter agar
air tidak terkontaminasi. Dengan demikian, warga bisa menggunakan air bersih
untuk keperluan sehari-hari, untuk memasak, mandi, dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA
Doenges,ME,
et all. (1999). Rencana Asuhan Keperawatan; Pedoman untuk Perencanaan dan
Pendokumentasian Perawatan Pasien. Ed.3. Jakarta:EGC
Wong, Donna L. 2003. Pedoman
Klinis Keperawatan Pediatrik. Jakarta: EGC
No comments:
Post a Comment