Monday, April 11, 2011

ASKEP : Kusta


A.    Pengertian
Penyakit kusta adalah suatu penyakit  kronis menular yang disebabkan oleh infeksi Mycobacterium leprae. Penyakit ini terutama menyerang pada masyarakat dinegara-negara berkembang dan menimbulkan dampak psikologis, sosial dan ekonomi.

B.     Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh M. leprae yang merupakan basil tahan asam (BTA), bersifat obligat intraseluler, menyerang sel saraf perifer, kulit, dan organ lain seperti mukosa saluran napas bagian atas, hati, dan sumsum tulang kecuali susunan saraf pusat.

C.    Manifestasi Klinik
Menurut WHO (1995), seseorang didiagnosis menderita penyakit kusta apabila terdapat satu dari tanda kardinal berikut :
1.      Adanya lesi kulit yang khas dan kehilangan sensibilitas.
Lesi kulit dapat tunggal ataupun multipel, biasanya hipopigmentasi tetapi kadang-kadang lesi kemerahan atau berwarna tembaga. Lesi dapat bervariasi tetapi umumnya berupa makula, papul atau nodul.
2.      BTA Positif.
Pada beberapa kasus ditemukan basil tahan asam dari kerokan jaringan kulit.
Bila ragu-ragu maka dianggap sebagai kasus dicurigai dan periksa ulang setiap 3 bulan sampai ditegakan diagnosis kusta atau penyakit lain.

D.    Klasifikasi
Menurut Departemen Kesehatan Ditjen P2MPLP (1999) dan WHO (1995) penyakit ini dapat diklasifikasikan  menjadi dua tipe yaitu Pause Basilier (PB) dan Multi Basier (MB).
Secara awam kusta dikenal ada dua macam yakni kusta kering dan kusta basah. Jika kusta terlambat diobati maka akan timbul kerusakan saraf dengan akibat berupa mati rasa (terhadap stimulus panas, dingin, nyeri), kelumpuhan otot, buta, dan akibat lain yang disebabkan oleh proses immunologis yang disebut reaksi kusta.

E.     Patofisiologi
Setelah M. leprae masuk kedalam tubuh, perkembangan penyakit kusta bergantung pada kerentanan seseorang. Respon tubuh terhadap masa tunas dilampaui tergantung pada derajat sistem immunitas seluler (cellular mediated immune) pasien. Kalau sistem immunitas seluler tinggi, penyakit berkembang kearah tuberkuloid dan bila rendah, berkembang kearah lepromatosa.
Teori yang paling banyak digunakan adalah penularan melalui kontak/sentuhan yang berlangsung lama, namun berbagai penelitian mutakhir mengarah pada droplet infection yaiut penularan melalui selaput lendir pada saluran napas. M. leprae tidak dapat bergerak sendiri dan tidak menghasilkan racun yang dapat merusak kulit, sedangkan ukuran fisiknya yang lebih besar dari pada pori-pori kulit. Oleh karena itu, M. leprae yang karena sesuatu hal menempel pada kulit kita, tidak dapat menembus kulit jika tidak ada luka pada kulit.

F.     Diagnosis Tes
Diagnosa pasti ditegakan bila dpdapatkan kuman kusta pada kerokan kulit di daerah khas dan pada kuping. Pengobatan penyakit kusta berlangsung 6-36 bulan dan bisa gratis di puskasmas. Pencegahannya dengan menjaga kebersihan pribadi, mandi teratur 2 kali sehari dengan sabun, makanan sehat secara seimbang.

G.    Pengobatan
Sejak tahun 1941, digunakn DDS (Diethil-Diphenyl-Sulphone) yang dikenal juga sebagai Dapson dengan lama pengobatan seumur hidup. Sejak 1982 WHO memperkenalkan MDT (multiple drug therapi),yang di Indonesia dimulai sejak 1983 dengan menggunakan Rifampicin dan DDS (untuk kusta kering dengan lama pengobatan 6 bulan) dan untuk kusta basah masih ditambah dengan lamparene denagn lama pengobatan 2 tahun. Panduan terbaru dari WHO menyatakan bahwa untuk pengobatan kusta basah cukup[ satu tahun saja. Dengan pengobatan MDT,  Micobacterium Leprae di dalam tubuh penderita akan mati dalam 2 kali8 24 jam. Pada beberapa keadaan, ada Mycobacterium Leprae yang tidur (dormant) dimana metabolismenya praktis nol, sehingga walaupun ada obat yang mematikan namun kuman tetap tyidak mengambilnya karena memang tidak mengambil bahan makanan sama sekali sehingga tetap hidup.
            Diharapkan selama masa pengobatan tersebut, kuman – kuman terbangun sedikit demi sedikit sehingga  pada saat masa pengobatan selesai seluruh kuman telah musnah. Pada panderita kusta pengobatan berlangsung 6 hingga 12 bulan. Sebab sesuai dengan jenisnya (ada kusta basah dan kusta kering). Selama pengobatan, penderita harus secara rutin, teratur sampai sembuh.    






ASUHAN KEPERAWATAN

I.1  Pengkajian
            Pada pengkajian klien penderita kusta dapat ditemukan gejala-gejala sebagai berikut:
-          Aktivitas/ istirahat.
      Tanda: - penurunan kekuatan otot.
                  - gangguan massa otot.
                  - Perubahan tonus otot.
-          Sirkulasi.
Tanda: - Penurunan nadi perifer
            - Vasokontriksi perifer.
-          Integritas ego.
Gejala: - Masalah tentang keluarga, pekerjaan, keuangan, kecacatan,
Tanda: - Ansietas, menyangkal, menarik diri.
-          Makanan/cairan.
                  - Anoreksia.
-          Neurosensori.
Gejala: - kerusakan saraf terutama saraf tepi, penekanan saraf tepi.
Tanda: - peruubahan perilaku, penurunan refleks tendon.
-          Nyeri kenyamanan.
Gejala: Tidak sensitive terhadap sentuhan, suhu, dan tidak merasakan nyeri.
-          Pernapasan.
Gejala: Pentilasi tidak adekuat, takipnea.
-          Keamanan.
Tanda: lesi kulit dapat tunggal/multiple, biasanya hipopigmentasi tetapi kadang-kadang lesi kemerahan atau berwarna tembaga, lesi dapat berpariasi tetapi umumnya berupa macula, papula dan nodul.

I.2  Pemeriksaan klinis
1.      Inspeksi, pasien diminta memejamakan mata, menggerakkan mulut, bersiul, dan tertawa untuk mengetahui fungsi saraf wajah semua kelainan kulit diseluruh tubuh diperhatikan, seperti adanya macula, nodul, jaringan parut, kulit yang keriput, penebalan kulit, dan kehilangan rambut tubuh (alopesia dan madarosis).
2.      Pemeriksaan sensibilitas. Pada lesi kulit dengan menggunakan kapas (rasa raba), Jarum pentul yang tajam dan tumpul (rasa nyeri, serta air panas dan dingin dalam tabung reaksi (rasa suhu).
3.      Pemeriksaan saraf tepi dan fungsinya dilakukan pada: nervus Auricularis magnus,Nervus ulnaris,Nervus radialis, Nervus medianus, nervus peroneus dan nervus tibialis posterior. Hasil pemeriksaan yang perlu dicatat adalah pembesaran, konsistensi, penebalan, dan adanya nyeri tekan. Perhatikan raut muka pasien apakah ia kesakitan atau tidaksaraf-saraf diraba.
4.      Pemeriksaan fungsi saraf otonom, yaitu: memeriksa ada tidaknya kekeringan pada lesi akibat tidak berfungsinya kelenjar keringat dengan menggunakan pensil tinta (uji gunawan).

I.3  Diagnosa Keperawatan
Ø  Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit.
Ø  Gangguan rasa nyaman gatal berhubungan dengan lesi kulit.
Ø  Gangguan pola tidur berhubungan dengan priritus.
Ø  Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kuilit yang tidak baik.
Ø  Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan pada kulit, pertahanan tubuh menurunun.
Ø  Gangguan interaksi social berhubungan dengan persepsi penampilan.
Ø  Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya imformasi terhadap perawatan kulit.
Ø  Ansietas berhubungan dengan poerubahan status kesehatan.

!.4  Intervensi Keperawatan
a.       Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan perubahan fungsi barier kulit.
Tujuan:    Untuk memelihara integritas kulit/ mencapai penyembuhan tepat waktu.
Intervensi:
ü  Kaji kulit setiap hari. Catat warna, turgor, sirkulasi dan sensasi. Gambarkan lesi dan amati perubahan.
Rasional :    Menentukan garis dasar dimana perubahan pada status dapat dibandikan dan lakukan intervensi yang tepat.
ü  Pertahankan/intruksikan dalam hygiene kulit, misalnya membasuh kemudian mengerinkannya dengan berhati-hati dan melakukan masase dengan menggunakan losion atau krim.
Rasional :    Masase meningkatkan sirkulasi kulit dan meningkatkan kenyamanan.
ü  Gunting kuku secara teratur
Rasional :    Kuku yang panjang/kasar, meningkatkan resiko kerusakan dermal.
ü  Dapatkan kultur dari lesi kulit terbuka.
Rasional :    Dapat mengidentifikasi bakteri patogen dan pilihan perawatan yang sesuai.
ü  Gunakan/berikan obat topical atau sistemik sesuai indikasi.
Rasional :      Digunakan pada perawatan lesi kulit.
ü  Lindungi lesi dengan salep antibiotic sesuai petunjuk.
Rasional :    Melindungi area lesi dari kontaminasi bakteri dan meningkatkan penyembuhan.

b.      Gangguan rasa nyaman gatal berhubungan dengan lesi kulit.
Tujuan: Untuk mengurangi rasa gatal sehingga tercapai kenyamanan pasien.
ü  Upayakan untuk menemukan penyebab  gangguan rasa nyaman.
Rasional :    Membantu mengidentifikasi tindakan yang tepat untuk memberikan kenyamanan .
ü  Mencapai hasil-hasil observasi  secara rinci dengan memakai terminology deskriftif.
Rasional :    Deskrifsi yang akurat tentang erupsi kulit diperlukan diagnosis dan pengobatan. Banyak kondisi tampak serupa tapi mempunyai etiologi yang berbeda.
ü  Mengantisipasi reaksi alergi yang mungkin terjadi.
Rasional : Lesi yang menyeluru terutama dengan awitan yang mendadak dapat menunjukkan reaksi alergi terhadap obat.
ü  Pertahankan kelembaban kira-kira 60%. Gunakanlah alat pelembab.
Rasional :    Dengan kelembaban yang rendah kulit akan kehilangan air.
ü  Pertahankan lingkungan dingin .
Rasional :    Kesejukan mengurangi gatal.
ü  Gunakan sabun ringan (dove) atau sabun yang dibuat untuk kulit sensitive (Neutrogena, aveno ).
Rasional :      Upaya ini mencakup tidak adanya larutan detergen, zat pewarna atau bahan pengeras.
ü  Lepaskan kelebihan pakaianatau peralatan ditemp[at tidur.
Rasional :      Meningkatkan lingkungan yang sejuk.
ü  Cuci linen tempat tidur dan  pakaian dengan sabun ringan
Rasional :      Sabun yang keras dapat menimbulkan iritasi kulit.
ü  Hentikan pemajanan berulang terhadap detergen ,pembersih dan pelarut.
Rasional :      Setiap substansi yang menghilangkan air, lipid atau protein dari epidermis akan mengubah fungsi barier kulit.
ü  Membantu pasien menerima terapi yang lama yang diperlukan pada tahap penyembuhan.
Rasional :      Tindakan koping biasanya akan meningkatkan kenyamanan.
ü  Menasehati pasien untuk menghindari pemakaian salep atau lotion yang diberi tampa resep dokter.
Rasional :      Masalah pasien dapat disebabkan oleh iritasi atau sensitisasi karena pengobatan sendiri.

c.       Gangguan pola tidur yang berhubungan dengan pruritus.
Tujuan:    Untuk mencapai istirahat tidur yang cukup.
ü  Menasehati pasien untuk menjaga kamar tidur agar tetap memiliki ventilasi dan kelembaban yang baik.
Rasional :      Udara yang kering menimbulkan rasa gatal. Lingkungan yang nyaman meningkatkan relaksasi.
ü  Menjaga agar kulit agar selalu lembab .
Rasional :      Tindakan ini mencegah kehilangan air. Kulit yang kering dan gatal biasanya tidak dapat dikendalikan  tetapi dapat disaembuhkan.
ü  Menjaga jadwal tidur yang teratur.Pergi tidur pada saat yang sama dan bangun pada saat yang sama.
Rasional :      Dengan jadwal tidur yang teratur akan terpenuhi kebutuhan tidur klien.
ü  Menghindari minuman yang mengandung kafein menjelang tidur malam hari.
Rasional :      Kafein memiliki efek puncak 2-4 jam sesudah dikomsumsi.
ü  Melaksanakan gerak badan secara teratur .
Rasional :      Gerak badan memberikan efek yang menguntungkan untuk tidur jika dilaksanakan pada malam hari.
ü  Mengerjakan hal-hal yang ritual dan rutin menjelang tidur.
Rasional :      Tindakan ini memudahkan peralihan dari keadaan terjaga menjadi keadaan tertidur.

d.      Gangguan citra tubuh berhubungan dengan penampakan kuilit yang tidak baik.
Tujuan : Klien dapat mengembangkan peningkatan penerimaan diri
ü  Kaji adanya gangguan pada citra diri pasien (menghindari kontak mata, ucapan yang merendahkan diri sendiri, ekspresi perasaan muak terhadap kondisi kulitnya.
Rasional :      Gangguan citra diri akan menyertai setiap penyakit atau keadaan yang tampak nyata bagi pasien. Kesan seseorang terhadap dirinya sendiri akan berpengaruh pada konsep diri.
ü  Identifikasi stadium psikososial tahap perkembangan.
Rasional :      Terdapat hubungan antara stadium perkenmbangan, citra diri dan reaksi serta pemahaman pasioen terhadap kondisi kulitnya.
ü  Berikan kesempatan untuk pengungkapan. Dengarkan (dengan cara yang terbuka, tidak menghakimi) untuk mengespresikan berduka atau anseitas tentang perubahan citra tubuh.
Rasional :      Pasien membutuhkan pengalaman didengarkan dan dipahami. Mendukung upaya pasien untuk memperbaiki citra diri.
ü  Bersikap realistic selama pengobatan, pada penyuluhan kesehatan.
Rasional :      Meningkatkan kepercayaan dan mengadakan hubungan antara pasien dan perawat.
ü  Berikan harapan dalam parameter situasi individu: jangan memberikan keyakinan yang salah.
Rasional :      Meningkatkan perilaku positif dan memberikan kesempatan untuk menyusun tujuan dan rencana untuk masa depan berdasarkan realita.
ü  Dorong interaksi keluarga dan dengan tim rehabilitasi.
Rasional :      Mempertahankan pola komunikasi dan memberikan dukungan  terus menerus pada pasien dan keluarga.

e.       Resiko terjadi infeksi berhubungan dengan kerusakan pada kulit, pertahanan   tubuh menurun. 
Tujuan :  Mencapai penyembuhan tepat waktu, tanpa komplikasi
ü  Ukur tanda-tanda vital termasuk suhu
Rasional :      Memberikan imformasi data dasar, peningkatan suhu  secara berulang-ulang dari demam yang terjadi untuk menujukkan bahwa tubuh bereaksi pada  proses infeksi yang baru, dimana obat tidak lagi secara efektive mengontrol infeksi yang tidak dapat disembuhkan.
ü  Tekankan pentingnya tekhnik cuci tanganyang baik untuk semua individu yang dating kontak dengan pasien
Rasional :      Mengcegah kontaminasi silang; menurungkan resiko infeksi.
ü  Gunakan saputangan , masker dan tekniik aseptik selama perawatan dan berikan pakaian yang steril atau baru
Rasional :      Mengcegah terpajan pada organisme infeksius.
ü  Observasi lesi secara periodic
Rasional :      Untuk mengetahui perubahan respon terhadap terapi.
ü  Berikan lingkungan yang bersih dan berventilasi yang baik. Periksa pengunjung atau staf terhadap tanda infeksi dan pertahankan kewaspadaan sesuai indikasi.
Rasional :      Mengurangi  patogen pada system integument dan mengrangi kemungkinan pasien mengalami infeksi nosokomial.
ü  Berikan preparat antibiotic yang diresepkan dokter.
Rasional :      Membunuh atau mencegah pertumbuhan mikroorganisme penyebab infeksi.

f.       Kurang pengetahuan berhubungan dengan kurangnya imformasi terhadap perawatan kulit.
Tujuan :  Klien mendapatkan imformasih yang adekuat tentang perawatan kulit.
ü  Tentukan apakah pasien mengetahui (memahami dan salah mengerti) tentang kindisi dirinya.
Rasional :    Memberikan data dasar untuk mengembangkan rencana penyuluhan.
ü  Jaga agar pasien mendapatkan informasi yang benar, memperbaiki kesalahan persepsi /imformasi.
Rasional :    Pasien harus memiliki perasaan bahwa ada sesuatu yang dapat mereka perbuat. Kebanyakan pasien merasakan mamfaat dan merasa lebih.
ü  Berikan imformasi yang spesifik dalam bentuk tulisan misalnya jadwal dalam minum obat.
Rasional :    Imformasi tertulis dapat membantu mengingatkan pasien.
ü  Jelaskan penatalaksanaan minum obat: dosis, frekuensi, tindakan, dan perlunya terapi dalam jangka waktu lama.
Rasional :    Meningkatkan partisipasi klien, mematuhi aturan terapi dan mencegah putus obat.
ü  Berikan nasehat pada pasien untuk menjaga agar kulit tetap lembab dan fleksibel dengan tindakan hidrasi serta lotion kulit.
Rasional :    Stratum korneum memerlukan air agar fleksibilitas kulit btetap terjaga.. pemberian lotion untuk melembabkan kulit akan mencegah agar kulit tidak menjadi kering, kasar, retak dan bersisik.
ü  Dorong pasien agar mendapat status nutrisi yang sehat.
Rasional :    Penampakan kulit mencerminkan kesehatan umum seseorang.perubahan pada kulit dapat mendakan status nutrisi yang abnormal. Nutrisi yang optimal meningkatkan regenerasi jaringan dan penyembuhan umum kesehatan.
ü  Tekankan perlunya atau pentingnya mengevaluasi perawatan atau rehabilitasi.
Rasional :    Dukungan jangka panjang dengan evaluasi ulang kontinu dan perubahan terapi dibutuhkan untuk penyembuhan optimal.

g.      Ansietas berhubungan dengan perubahan status kesehatan.
Tujuan:    Pasien dapat menunjukkan penurunan ansietas sehingga dapat menerimah perubahan status kesehatannya dengan cara sehat.
ü  Berikan penjelasan yang sering dan imformasi tentang prosedur perawatan.
Rasional :    Pengetahuan  diharapkan  menurunkan ketakutan dan ancietas, memperjelas kesalahan  konsep dan meningkatkan kerjasama.
ü  Libatkan pasien atau orang terdekat dalam proses pengambilan keputusan.
Rasional :    Meningkatkan rasa control dan kerjasama, menurunkan perasaan tak berdaya atau putuis asa.
ü  Kaji status mental terhadap penyakit
Rasional :    Pada awalnya pasien dapat men ggunakan penyangkalan untuk menurungkan dan menyaring imformasi secara keseluruhan.
ü  Berikan orientasi konstan dan konsisten.
Rasional :    Membantu pasien tetap berhubungan dengan lingkungan dan realitas.
ü  Dorong pasien untuk bicara tentang penyakitnya.
Rasional :    Pasien perlu membicarakan apa yang terjadi terus menerus untuk membuat beberapa  rasa terhadap situasi apa yang menakutkan.
ü  Jelaskan pada pasien apa yanga terjadi. Berikan kesempatan untuk bertanya dan berikan jawaban terbuka atau jujur.
Rasional :    Pernyataan kompensasi menunjukkan realitas situasi yang dapat membantu pasien atau orang terdekat menerima realitas dan mulai menerima apa yang terjadi.
ü  Identifikasi metode koping atau penanganan stuasi stress sebelumnya.
Rasional :    Perilaku masalalu yang berhasil dapat digunakan untuk membantu situasi saat ini.
ü  Dorong keluarga atau orang terdekat mengunjungi dan mendiskusikan yang terjadi pada keluarga. Mengingatkan pasien kejadian masa lalu dan akan datang.
Rasional :    Mempertahankan kontak dengan realitas keluarga, membuat rasa kedekatan dan kesinambungan hidup.
ü  Berikan sedative ringan sesuai indikasi.
Rasional :    Obat ansietas diperlukan untuk periode singkat sampai pasien lebih stabil secara psikis.



DAFTAR  PUSTAKA



1.      Arief Mansjoer dkk., 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Media Aesculapius FKUI, Jakarta.

ASKEP : Infark Miokardium Akut (IMA)


I.         PENDAHULUAN
Infark Miokardium Akut (IMA) adalah nekrosis miokard akibat aliran darah keotot jantung terganggu. Umumnya IMA didasari oleh adanya arterosklerosis pembuluh darah kororner. Nekrosis miokard ini hampir selalu terjadi akibat penyumbatan total arteri korornaria oleh trombus yang terbentuk pada plaque arterosklerosis yang tidak stabil; juga seringkali mengikuti ruptur plague pada arteri koroner dengan stenosis ringan. Kerusakan miokard ini terjadi dari endokardium ke epikardium, menjadi komplit dan irreversibel dalam 3-4 jam dan akan terus mengalami proses injury selama beberapa minggu atau bulan.
Secara morfologis IMA dibedakan atas dua jenis yaitu IMA transmural,  yang mengenai seluruh dinding miokard dan terjadi pada daerah distribusi suatu arteri koroner; dan IMA sub-endokardial  dimana nekrosis hanya terjadi pada bagian dalam dinding ventrikel dan umumnya berupa bercak-bercak dan tidak konfluens. IMA sub-endokardial dapat regional (terjadi pada distribusi satu arteri koroner) atau difus (terjadi pada distribusi lebih dari satu arteri koroner).

II.       ETIOLOGI

Penyebab penurunan suplay darah mungkin disebabkan karena penyempitan kritis arteri koroner karena arterosklerosis atau penyumbatan total arteri oleh emboli ataupun trombus. Penurunan aliran koroner juga dapat diakibatkan oleh adanya shock atau perdarahan. Pada setiap kasus ini selalu terjadi ketidakseimbangan antara suplay dan kebutuhan oksigen dijantung.

III.     PATHOFISIOLOGI

Infark Miokard merupakan blok total yang mendadak dari arteri koroner. Lamanya kerusakan miokardial bervariasi dan tergantung pada besarnya daerah yang diperfusi oleh arteri yang tersumbat. Gambaran dari infark miokard ini juga tergantung pada lokasi dan luasnya daerah sumbatan pada arteri koroner.
Dua jenis  komplikasi penyakit IMA terpenting adalah komplikasi haemodinamik dan aritmia. Segera setelah terjadi IMA, daerah miokard setempat akan memperlihatkan penonjolan sistolik (diskinesia) dengan akibat penurunan ejection fraction, stroke volume dan peningkatan volume akhir sistolik dan akhir diastolik ventrikel kiri. Tekanan akhir diastolik ventrikel kiri naik akan diikuti oleh kenaikan tekanan akhir atrium, dan pada peningkatan tekanan atrium kiri diatas  25 mmHg yang lama kan menyebabkan transudasi cairan kejaringan interstisium paru (gagal jantung). Perburukan haemodinamik ini bukan saja disebabkan karena daerah yang mengalami infark, tetapi juga daerah yang mengalami iskhemik disekitarnya.
Miokard yang masih relatif baik akan mengadakan kompensasi, khususnya dengan bantuan rangsangan adrenergik, untuk mempertahankan curah jantung tetapi dengan akibat terjadi peningkatan kebutuhan oksigen miokard. Kompensasi ini jelas tidak memadai bila daerah yang bersangkutan juga mengalami iskhemia atau bahkan sudah terjadi fibrotik. Bila infark kecil dan miokard yang harus berkompensasi masih normal, maka perburukan haemodinamika akan minimal, sebaliknya bila infark yang terjadi luas dan miokard yang berkompensasi sudah buruk akibat iskhemia atau infark lama maka akan terjadi peningkatan tekanan akhir diastolik ventrikel kiri dan menyebabkan terjadinya gagal jantung. Sebagai akibat IMA sering terjadi perubahan bentuk serta ukuraan ventrikel kiri dan ketebalan ventrikel baik yang terkena infark maupun yang tidak. Perubahan tersebut menyebakan remodelliong ventrikel yang nantinya akan mempengaruhi fungsi ventrikel yaitu timbulnya aritmia.
Perubahan-perubahan hemodinamik IMA ini tidak statis. Bila IMA makin membaik, maka fungsi jantung akan membaik walaupun tidak diobati. Hal ini disebabkan karena daerah-daerah yang sebelumnya terjadi iskhemia mengalami perbaikan. Daerah-daerah tersebut akan mengalami akinetik, karena terbentuk jaringan parut yang kaku. Sebaliknya perburukan hemodinamik akan terjadi bila iskhemia berkepanjangan atau infark meluas, karena akan timbul penyulit mekanis seperti ruptur septum ventrikel, regurgitasi mitral akut dan anurisma ventrikel akan memperburuk faal hemodinamik jantung.
Aritmia merupakan penyulit IMA yang terjadi terutama pada saat-saat pertama setelah serangan. Hal ini disebabkan oleh adanya perubahan-perubahan masa refrakter, daya hantar rangsang dan kepekaan terhadap rangsangan. Sisten syaraf otonom juga berperan besar terhadap terjadinya aritmia karena pasien IMA umumnya mengalami peningkatan tonus parasimpatis dengan kecenderungan bradiaritmia meningkat, sedangkan peningkatan tonus simpatis pada IMA inferior akan mempertinggi kecenderungan terjadinya fibrilasi ventrikel dan perluasan infark.
  

IV.    MANIFESTASI KLINIS

Banyak penelitian yang menunjukan pasien dengan infark miokard biasanya pria, diatas 40 tahun dan meengalami arterosklerosis pada pembuluh koronernya, sering disertai hipertensi arterial. Serangan juga terjadi pada wanita dan priaa muda diawal 30-an atau bahkan 20-an. Wanita yang memakai kontrasepsi pil dan kebiasaan merokok memepunyai resiko tinggi.
Keluhan yang khas adalah nyeri dada retrosternal, seperti diremas-remas, ditekan, ditusuk, panas atau ditindih barang berat. Nyeri dapat menjalar kelengan (umumnya kiri), bahu, leher, rahang bahkan kepunggung dan epigastrium. Nyeri berlangsung lebih lama dari angina pektoris biasa dan tak responsif terhadap nitrogliserin. Kadang-kadang, terutama pada pasien dengan diabetes dan orang tua tidak ditemukan nyeri sama sekali. Nyeri dapat disertai perasaan mual, muntah, sesak, pusing, keringat dingin, berdebar-debar, atau sinkope dan pasien sering tampak ketakutan. 
Walau IMA dapat merupakan manifestasi pertama penyakit jantung koroner, namun bila anamnese dilakukan dengan teliti hal ini sering sebenarnya sudah didahului dengan keluhan-keluhan angina, perasaan tidak enak didada, atau epigastrium. Kelainan pada pemeriksaan jasmani tidak ada yang karakteristik dan dapat normal. Dapat ditemukan BJ 2 yang pecah paradoksal, irama gallop. Adanya krepitasi basal merupakan tanda bendungan pada paru-paru. Tachicardia, kulit yang pucat, dingin, dan hipotensi ditemukan pada kasus yang relatif lebih berat, kadang-kadang ditemukan pulsasi diskinetik yang nampak atau teraba didinding dada pada IMA interior.

V.      PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK

q  Riwayat pasien; pengambilan riwayat pasien dilakukan dengan dua tahap :
1)       Riwayat penyakit sekarang.
2)       Riwayat penyakit dahulu, serta riwayat kesehatan keluarga, khususnya yang berhubungan dengan insiden penyakit jantung dalam keluarga.
q  Elektrokardiogram (EKG), memberi informasi tentang elktrofisiologi jantung.
q  Ekokardiogram, digunakan untuk evaluasi lebih jauh mengenai fungsi jantung, khususnya ventrikel.
q  Enzim dan Isoenzim serum. Pemeriksaan rangkaian enzim meliputi kreatininkinase dan laktat dehidrogenase.

VI.    PENATALAKSANAAN

Tujuannya adalah memperkecil kerusakan jantung sehingga mengurangi kemungkinan terjadinya komplikasi. Kerusakan jantung diperkecil dengan cara segera mengembalikan keseimbangan antara kebutuhan dan suplay oksigen jantung. Therapi obat-obatan, pemberian oksigen dan tirah baring dilakukan secara bersamaan untuk tetap mempertahankan fungsi jantung.
Ada tiga kelas obat-obatan yang biasa digunakan untuk meningkatkan supaly oksigen yaitu :
q  Vasodilator
Vasodilator pilihan yang digunakan untuk mengurangi nyeri jantung adalah Nitrogliserin (NTG) intravena. NTG menyebabkan dilatasi arteri dan vena yang mengakibatkan pengumpulan darah diperifer, sehingga menurunkan jumlah darah yang kembali kejantung (pre load) dan mengurangi beban kerja (work load) jantung.

q  Antikoagulan
Heparin adalah antikoagulan pilihan untuk membantu mempertahankan integritas jantung. Heparin memperpanjang waktu pembekuan darah sehingga dapat menurun kan kemungkinan pembentukan trombus dan selanjutnya menurunkan aliran darah.
q  Tranbolitik
Tujuan pemberian obat ini adalah untuk melarutkan setiap trombus yang telah terbentuk diarteri koroner, memperkecil penyumbatan, dan juga luasnya infark.

VII.  ASUHAN KEPERAWATAN

q  Pengkajian
a.       Sirkulasi
-          Tekanan darah: dapat normal, naik-turun, perubahan postular dicatat dari tempat tidur/berdiri.
-          Nadi: dapat normal penuh/tak kuat, lemah/kuat kualitasnya dengan pengisian kapiler lambat, tidak teratur (disritmia) mungkin terjadi.
-          Bunyi jantung: Bunyi jantung ekstra S3/S4 mungkin menunjukan gagal jantung, penurunan kontraktilitas atau komplain ventrikel.
-          Murmur: Bila ada menunjukan gagal katup atau disfungsi otot kapiler.
-          Irama jantung : Dapat teratur/tidak
-          Edema: Distensi vena jugular, edema dependen/perifer, krekels mungkin ada dengan gagal jantung/ventrikel.
-          Warna: Pucat
b.       Aktivitas
-          Kelemahan: gelisah
-          Tachikardia: dispose pada saat aktivitas/istirahat
c.       Pernapasan
-          Dispnea pada saat/tanpa kerja
-          Riwayat merokok
-          Peningkatan frekuensi pernapasan
-          Pucat
-          Bunyi napas: bersih atau krekel/mengi
-          Sputum: bersih
d.       Ketidaknyamanan
-          Nyeri dada yang timbul mendadak (dapat/tidak berhubungan dengan aktivitas) tidak hilang dengan istirahat
-          Lokasi: tipikal pada dada anterior, sub strenal prekorda dapat menyebar ketangan, leher, rahang. Tidak tentu lokasinya seperti epigastrium, siku, rahang, abdomen dan punggung.
-          Kualitas: menyempit berat, menetap, tertakan.
-          Intensitas biasanya 10 pada skala 1:10 mungkin pengalaman nyeri yang paling buruk yang pernah dialami.
-          Wajah meringis, perubahan postur tubuh.
-          Menangis, merintih.
-          Menarik diri
-          Respon otomatik: perubahan frekuensi/irama jantung, tekanan darah, pernapasan dan warna kulit.
e.       Makanan/Cairan
-          Mual/kehilangan napsu makan.
-          Kulit kering dan berkeringat.
-          Muntah.
-          Penurunan berat badan.
f.         Eliminasi
-          Produksi urine berkurang
-          Bunyi usus menurun
g.       Neurosensori
-          Pusing, berdenyut selama tidur atau pada saat bangun.
-          Perubahan mental
-          Kelemahan

q  Diagnosa Keperawatan
(1)     Nyeri dada berhubungan dengan Iskhemia jaringan jantung
(2)     Gangguan intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplay oksigen.
(3)     Kecemasan berhubungan dengan rasa takut akibat perubahan status kesehatan.
(4)     Resiko tinggi menurunnya curah jantung berhubungan dengan kerusakan jaringan mikard.

q  Analisa Data dan Intervensi
(1)     Nyeri dada berhubungan dengan Iskhemia jaringan jantung, ditandai dengan:
DS          :  Keluhan nyeri pada dada.
DO         :  Wajah meringis
Gelisah
Perubahan nadi
Perubahan tekanan darah
Perubahan postur tubuh
Tujuan     :  Nyeri dada hilang dengan kriteria hasil :
-          Klien tidak mengeluh nyeri
-          Ekspresi wajah rileks
-          Tidak gelisah
-          Postur tubuh baik
-          Nadi normal 60 kali/menit
-          Tekanan darah normal 120/90 mmHg
Intervensi :
-          Pantau karakteristik nyeri, laporan verbal, petunjuk non verbal dan respon hemodinamik (gelisah, berkeringat, napas cepat, tekanan darah, frekuensi jantung)
Rasional :  Untuk membandingkan nyeri yang ada, riwayat verbal dan penyelidikan lebih dalam terhadap faktor pencetus harus ditindak agar nyeri hilang.
-          Anjurkan klien untuk melaporkan saat nyeri dirasakan
Rasional :  Penundaan pelaporan nyeri menghambat peredaran nyeri dan memerlukan peningkatan dosis.
-          Beri lingkungan yang tenang/ataur posisi yang nyaman
Rasional : Menurunkan rangsangan eksternal dimana ansietas dan regangan jantung serta keterbatasan koping.
-          Bantu klien untuk melakukan teknik relaksasi
Rasional :  Membantu dalam menurunkan persepsi/respon nyeri, memberikan kontrol situasi, meningkatkan kemampuan koping.
-          Berikan oksigen dengan kanule atau masker
Rasional :  Meningkatkan jumalh oksigen yang ada untuk pemakaian miokardial, mengurangi ketidaknyamanan.
-          Kolaborasi pemberian obat analgesik
Rasional :    Menurunkan nyeri hebat, memberikan sedasi dan mengurangi kerja miokard.

(2)     Gangguan intoleransi aktivitas berhubungan dengan ketidakseimbangan suplay oksigen dengan kriteria :
DS          :   Keluhan gangguan frekuensi jantung.
DO         :   Gangguan frekuensi jantung
 Perubahan tekanan darah
 Terjadinya disritmia
 Nyeri dada
 Perubahan warna kulit
 Sesak
 Lelah
Tujuan     :  Aktivitas terpenuhi dengan kriteria hasil :
-          Peningkatan toleransi aktivitas
-          Frekuensi jantung normal
-          Tekanan darah normal
-          Nyeri berkurang
-          Kulit hangat, merah muda
-          Frekuensi pernapasan normal
-          Tidak lelah
Intervensi :
-          Catat frekuensi jantung, irama dan perubahan tekanan darah sebelum, selama dan sesudah aktivitas.
Rasional :    Kecenderungan menentukan respon pasien terhadap aktivitas dan dapat mengidentifikasikan penurunan oksigen miokardial yanmg memerlukan penurunan tingkat aktivitas.
-          Tingkatkan istirahat / batasi aktivitas.
Rasional :    Menurunkan kerja miokardial / konsumsi oksigen menurunkan resiko komplikasi.
-          Anjurkan klien menghindarkan peningkatan tekanan abdomen.
Rasional :    Aktivitas yang memerlukan menahan napas dan menunduk dapat mengakibatkan bradikardi dan juga menurunkan curah jantung dan tachikardia dan peningkatan tekanan darah.
-          Jelaskan pola peningkatan bertahap dan tingkat aktivitasnya.
Rasional : Aktivitas yang maju memberikan kontrol jantung meningkatkan regangan dan mencegah aktivitas yang berlebihan.

(3)     Kecemasan berhubungan dengan rasa takut akibat perubahan status kesehatan dengan kriteria :
DS          :   Klien bertanya tentang keadaannya.
DO         :   Ketakutan
Tegang
Gelisah
Prilaku menentang
Tujuan     :  Cemas hilang dengan kriteria hasil :
-          Tidak takut
-          Tidak gelisah
-          Ekspresi wajah ceria
-          Prilaku berkerja sama

Intervensi :
-          Identifikasi dan ketahui persepsi pasien terhadap ancaman / situasi.
Rasional :    Koping terhadap nyeri dan trauma emosi sulit pasien dapat takut mati atau/cemas akan berkelanjutan.
-          Catat adanya kegelisahan, menolak/menyangkal.
Rasional :    Peningkatan terhadap frekuensi hidup antara individu dan dampak penolakan telah berarti dua.
-          Mempertahankan rasa percaya.
Rasional :    Pasien dan orang terdekat dapat dipengaruhi oleh cemas/ketidaktenangan anggota tim kesehatan.
-          Kaji tanda verbal dan normal pernapasan.
Rasional :  Pasien mungkin tidak menimbulkan masalah secara langsung tetapi kata-kata, tindakan dapat menunjukan rasa agitasi, marah dan gelisah. Intervensi dapat membantu pasien meningkatkan kontrol terhadap prilakunya sendiri.
-          Orientasikan pasien pada orang terdekat terhadap prosedur rutin dan aktivitas yang diterapkan.
Rasional : Perkiraan dan informasi dapat menurunkan kecemasan pasien.
-          Dorong pasien/orang terdekat untuk mengkomunikasikan dengan seseorang berbagai pertanyaan dan masalah.
Rasional :    Berbagai informasi membentuk dukungan dan kenyamanan dan dapat menghilangkan tegangan terhadap kekuatiran yang tidak diekspresikan.

(4)     Resiko tinggi menurunnya curah jantung berhubungan dengan kerusakan jaringan miokard dengan kriteria :
DS          :  -
DO         :   Perubahan frekuensi, irama dan konduksi jantung
Peningkatan tahanan vasculer sistemik (TVS)
Disritmia
Perubahan tekanan darah
Produksi urine menurun
Dispnea
Tujuan     :  curah jantung baik dengan kriteria hasil :
-          Frekuensi/irama jantung normal
-          TVS normal
-          Disritmia hilang
-          Produksi urine normal
-          Tidak dispnea
Intervensi :
-          Auskultasi tekanan darah.
Rasional :  Hipotensi dapat terjadi sampai dengan disfungsi ventrikel, hipoperfusi miokardial dan rangsangan vegal. Hipertensi juga merupakan fenomena umum kemungkinan berhubungan dengan nyeri, cemas, pengeluaran katekolamin atau masalah vascular sebelumnya, hipotensi artostatik mungkin berhubungan dengan komplikasi infark miokard.
-          Evaluasi kualitas, kesamaan nadi.
Rasional :    Penurunan curah jantung mengakibatkan menurunnya kelemahan.kekuatan nadi.
-          Catat terjadinya S3 dan S4.
Rasional :    S3 biasanya dihubungkan dengan BJ koroner tetapi yang terlihat pada gagal jantung dan kelebihan kerja ventrikel kiri yang disertai infark berat. S4 mungkin berhubungan dengan iskhemia miokard kekakuan ventrikel, hipertensi pulmonal sistemik.
-          Pantau adanya murmur.
Rasional :  Menunjukan gangguan aliran darah normal dalam jantung, katup tak baik, kerusakan septum dan fibrasi otot kapiler/ korda mandinea, adanya gesekan dengan infakr juga berhubungan dengan inflamasi.
-          Auskultasi bunyi napas.
Rasional :  Krekels menunjukan kongesti paru yang mungkin terjadi karena penurunan fungsi miokard.
-          Pantau frekuensi jantung, irama, disritmia.
Rasional :  Frekuensi dan irama jantung berespon terhadap obat dan aktivitas sesuai dengan terjadinya komplikasi/disritmia (khususnya kontraksi ventrikel prematur atau blok jantung berlanjut) yang mempengaruhi fungsi jantung.
-          Catat respon terhadap dan peningkatan istirahat dengan cepat.
Rasional :    Kelelahan latihan meningkatkan konsumsi/kebutuhan oksigen daan mempengaruhi fungsi miokard.
-          Berikan pispot disamping tempat tidur bila tidak mampu kekamar kecil.
Rasional :  Mengupayakan penggunaan bedpan dapat melahkan dan secara psikologis penuh stres, juga meningkatkan oksigen dan kerja jantung.
-          Berikan makanan kecil/mudah dikunyah.
Rasional :  Makanan dalam jumlah besar dapat meningkatkan kerja miokardium dan menyebabkan rangsangan yang mengakibatkan bradikardia/denyut ektopik. Cafein adalah perangsang langsung pada jantung yang dapat meningkatkan frekuensi jantung.
-          Berikan oksigen.
Rasional : Meningkatkan jumlah sediaan oksigen untuk kebutuhan miokard, menurunkan iskhemia dan disritmia lanjut.
-          Kaji ulang EKG
Rasional :    memberikan informasi sehubungan dengan kemajuan/perbaikan infark status fungsi ventrikel, keseimbangan elektrolit dan efek terapi obat.


PENUTUP

A.  Kesimpulan

Berdasarkan uraian tersebut diatas maka dapat disimpulkan beberapa hal yaitu sebagai berikut :
ü  Infark Miokard Akut (IMA) mengacu pada proses rusaknya jaringan jantung akibat suplay oksigen yang tidak adekuat sehingga aliran darah koroner berkurang. Penurunan suplay oksigen kejantung ini dapat disebabkan karena penyempitan arteri koroner oleh embolus atau karena arterosklerosis.
ü  Gambaran klinis dari IMA bergantung pada lokasi atau tempat terjadinya sumbatan. Sumbatan pada arteri koroner kanan dapat menyebabkan infark dinding inferior atau posterior, sedangkan sumbatan pada aarteri koroner kiri dapat menyebabkan infark dinding lateral dan anterior.
ü  Hal-hal yang perlu dikaji pada infark miokard adalah keadaan sirkulasi, aktivitas, pernapasan, ketidaknyamanan, makanan/cairan, neurosensori dan eliminasi.
ü  Masalah keperawatan yang dapat timbul pada IMA adalah Nyeri, gangguan intoleransi aktivitas, kecemasan dan resiko tinggi menurunnya curah jantung.

B.  Saran

Semoga makalah ini memberikan wawasan kepada kita tentang infark miokard sebagai salah satu kasus kegawat daruratan,  dan kepada ibu dosen pembimbing mata kuliah ini kiranya dapat memberikan masukan, kritik dan saran guna melengkapi pengetahuan tentang infark miokard akut terutama yang berkaitan dengan kasus kegawat daruratan kardiovasculer dan langkah-langkah yang perlu ditempuh dalam menghadapi masalah kegawat daruratan ini.

DAFTAR PUSTAKA

1.       Persatuan Ahli Penyakit Dalam Indonesia, Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Balai Penerbit FKUI, 1996, Jakarta.
2.       Silvia & Wilson, Pathofisiologi (Konsep Klinis Proses-proses Penyakit), EGC, 1995, Jakarta.
3.       Brunner & Suddarth, Keperawatan Medikal Bedah, EGC, 2002, Jakarta.
4.       Staf Pengajar Patologi Anatomi, Patologi, Bagian Patologi Anatomi FKUI, Jakarta.