Thursday, December 23, 2010

Fisiologi : Pemeriksaan Fisis Jantung (PFJ)


BAB I
PENDAHULUAN

I.1. Latar Belakang
            Jantung (bahasa latin, cor) adalah sebuah rongga, organ berotot yang memompa darah lewat pembuluh darah oleh kontraksi berirama yang berulang. Istilah kardiak berarti berhubungan dengan jantung, dari Yunani cardia untuk jantung.Ukuran jantung manusia kurang lebih sebesar kepalan tangan seorang laki-laki dewasa. Jantung adalah satu otot tunggal yang terdiri dari lapisan endothelium. Jantung terletak di dalam rongga thoracic, di balik tulang dada/sternum. Struktur jantung berbelok ke bawah dan sedikit ke arah kiri.
            Dalam proses perkembangannya, makhluk hidup sangat tergantung pada berfungsinya system kardiovaskuler secara optimal, dan kelainan yang terjadi pada sistim ini akan menyebabkan konsekuensi klinik yang serius. Jantung sangant berperan penting bagi kehidupan manusia karena jantung memiliki fungsi vital yaitu untuk memompakan darah ke seluruh tubuh atau jaringan tubuh. Darah yang dipompa mengantarkan nutrisi dan O2 ke jaringan untuk kealngsungan hidupnya, sehingga jaringan dapat hidup dan menjalankan fungsi sebagaimana mestinya.
            Melihat betapa pentingnya pernan jantung tersebut, kita perlu mempeajari tata car pemerikasaan jantung secara sederhana untuk setidaknya mengetahui kelainan-kelainan yang mungkin terjadi dari pemeriksaan ini. Dalam percobaan ini akan dilakukan pemeriksaan fisis jantung untuk mengetahui letak apeks, batas-batas jantung, dengan cara inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
I.2. Tujuan Percobaan
            Tujuan dari percobaan ini adalah :
1. Mempelajari 4 cara pemeriksaan fisis jantung.
2. Menentukan posisi daripada apeks jantung.
3. Menentukan batas-batas jantung.
4. suara-suara yang ditimbulkan oleh aktifitas jantung selama suatu siklus.

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

            Jantung merupakan organ utama dalam sistem kardiovaskuler. Ia terletak pada rongga dada, diantara kedua paru. Duapertiga bagian dari jantung terletak disebelah kiri tulang dada dan sepertiga pada bagian kanan. Fungsi utma jantung adalah memompa darah keseluruh tubuh melalui pembuluh aorta dan arteri pulmonalis. Sepanjang usia manusia, dalam keadaan istirahat, jantung memompa 1 juta barrel darah- cukup untuk megisi 3,3 kapar supertanker. Dalam keadaan stress dan latihan fisik, jantung dapat memompa 10 kali lebih banyak.
            Jantung terdiri dari empat ruang yang berfungsi sebagai pemompa: atrium kanan dan kiri serta ventrikel kanan dan kiri. Atria merupakan ruang yang terletak dibagian atas menerima darah dari seluruh tubuh dan paru. Ventrikel, merupakan ruang jantung yang terletak dibagian bawah. Ventrikel kanan memompa dara ke seluruh tubuh.
            Letak jantung manusia adalah bagian atas pada intercosta 2, bagian bawah pada intercosta 5, dibagian kiri pada media clapicularis sinistra, sedangkan pada bagian kanan terletak pada media clapicularis paraternalis dextra.
            Terdapat 4 katup yang berfungsi untuk mengarahkan aliran darah kearah yang sesuai. Katup teresbut terbuka pada saat jantung berkontraksi, dan menutup untuk mencegah aliran darah balik pada saat relaksasi. Diantara atria dan ventrikel terdapat katup atrioventrikel. Disebelah kanan katup trikuspid, dan disebelah kiri katup mitral. Diantara ventrikel dan pembuluh darah besar (aorta dan arteri pulmonal) terdapat katup semilunar. Antara ventrikel kanan dan arteri pulmonal terdapat katup pulmonal, dan antara ventrikel kiri dan aorta terdapat katup aorta.
            Peristiwa yang terjadi pada jantung berawal dari permulaan sebuah denyut jantung sampai permulaan denyut jantung jantung berikutnya disebut siklus jantung. Setiap siklus diawali oleh pembentukan potensial kasi yang spontan didalam nodus sinus. Nodus ini terletak pada dinding lateral superior atrium kanan dekat tempat masuk vena kava superior, dan potensial aksi menjal;ar dari sini dengan kecepatan tinggi melalui kedua atrium dan kemudian melalui berkas A-V ke ventrikel. Karena terdapat pengaturan khusus dalam sistem konduksi dari atrium menuju ke ventrikel, ditemukan keterlambatan selama lebih dari 0,1 detik ketika impuls jantung dihantarkan dari atrium ke ventrikel. Keadaan ini menyebabkan atrium akan berkontraksi mendahului kontraksi ventrikel, sehingga akan memompakan darah ke dalam ventrikel sebelum terjadi kontraksi ventrikel yang kuat. Jadi, atrium itu bekerja sebagai pompa pendahulu bagi ventrikel , dan ventrikel selanjutnya akan menyediakan sumber kekuatan utama untuk memompakan darah ke sistem pembuluh darah tubuh.
Siklus kontraksi jantung
1. Fase 1 : Periode pengisian
            Dalam diagram volume-tekanan, fase ini dimulai pada volume ventrikel kira-kira sebanyak 45 mililiter dan tekanan diastolik hampir 0 mmHg. Empat puluh lima milliliter adalah jumlah darah yang tetap tinggal dalam ventrikel sesudah denyut jantung yang terdahulu dan disebut sebagai volume sistolik akhir.sewaktu darah vena yang berasal dari atrium kiri memasuki ventrikel, biasanya volume ventrikel akan meningkat sampai kira-kira 115 mililiter, yang disebut sebagai volume diastolik-akhir, yang merupakan suatu kenaikan sebesar 70 mililiter.
2. Fase II : Periode kontraksi isovolemik
            Selama kontraksi isovolemik, volume ventrikel tidak mengalami perubahan karena semua katup tertutup. Akan tetapi, tekanan di dalam ventrikel akan meningkat sampai sama dengan tekanan di dalam aorta, pada tekanan sebesar 80 mmHg.
3. Fase III : Periode ejeksi
            Selama ejeksi, tekanan sistolik meningkat lebih tinggi lagi, sebab ventrikel masih berkontraksi. Pada waktu yang sama, volume ventrikel akan menurun karena katup aorta sekarang telah terbuka dan darah mengalir keluar dari ventrikel masuk kedalm aorta.
4. Fase IV : Periode relaksasi isovolemik
            Pada akhir periode ejeksi, katup aorta menutup, dan tekanan ventrikel turun kembali ke nilai tekanan diastolik. Ventrikel tersebut kembali pada titik permulaannya, dengan kira-kira 45 mililiter darah tertinggal di dalam ventrikel dan disertai suatu tekanan atrium yang hampir 0 mmHg.
Pemeriksaan Jantung
1. Inspeksi (periksa pandang)
            Dilakukan inspeksi pada prekordial penderita yang berbaring terlentang atau dalam posisi sedikit dekubitus lateral kiri karena apek kadang sulit ditemukan misalnya pada stenosis mitral. dan pemeriksa berdiri disebelah kanan penderita.
            Memperhatikan bentuk prekordial apakah normal, mengalami depresi atau ada penonjolan asimetris yang disebabkan pembesaran jantung sejak kecil. Hipertropi dan dilatasi ventrikel kiri dan kanan dapat terjadi akibat kelainan kongenital.
            Mencari pungtum maksimum, Inspirasi dalam dapat mengakibatkan paru-paru menutupi jantung, sehingga pungtum maksimimnya menghilang, suatu variasi yang khususnya ditemukan pada penderita emfisema paru. Oleh kerena itu menghilangnya pungtum maksimum pada inspirasi tidak berarti bahwa jantung tidak bergerak bebas. Pembesaran ventrikel kiri akan menggeser pungtum maksimum kearah kiri, sehingga akan berada diluar garis midklavikula dan kebawah.
            Efusi pleura kanan akan memindahkan pungtum maksimum ke aksila kiri sedangkan efusi pleura kiri akan menggeser kekanan. Perlekatan pleura, tumor mediastinum, atelektasis dan pneumotoraks akan menyebabkan terjadi pemindahan yang sama. Kecepatan denyut jantung juga diperhatikan, meningkat pada berbagai keadaan seperti hipertiroidisme, anemia, demam.
2. Palpasi (periksa raba).
            Pada palpasi jantung, telapak tangan diletakkan diatas prekordium dan dilakukan perabaan diatas iktus kordis (apical impulse) Lokasi point of masksimal impulse , normal terletak pada ruang sela iga (RSI) V kira-kira 1 jari medial dari garis midklavikular (medial dari apeks anatomis).
            Pada bentuk dada yang panjang dan gepeng, iktus kordis terdapat pada RSI VI medial dari garis midklavikular, sedang pada bentuk dada yang lebih pendek lebar, letak iktus kordis agak ke lateral. Pada keadaan normal lebar iktus kordis yang teraba adalah 1-2 cm.
            Bila kekuatan volum dan kualitas jantung meningkat maka terjadi systolic lift, systolic heaving, dan dalam keadaan ini daerah iktus kordis akan teraba lebih melebar. Getaranan bising yang ditimbulkan dapat teraba misalnya pada Duktus Arteriosis Persisten (DAP) kecil berupa getaran bising di sela iga kiri sternum.
3. Perkusi (periksa ketuk)
            Batas atau tepi kiri pekak jantung yang normal terletak pada ruang interkostal III/IV pada garis parasternal kiri pekak jantung relatif dan pekak jantung absolut perlu dicari untuk menentukan gambaran besarnya jantung. Pada kardiomegali, batas pekak jantung melebar kekiri dan ke kanan. Dilatasi ventrikel kiri menyebabkan apeks kordis bergeser ke lateral-bawah. Pinggang jantung merupakan batas pekak jantung pada RSI III pada garis parasternal kiri.
            Kardiomegali dapat dijumpai pada atlit, gagal jantung, hipertensi, penyakit jantung koroner, infark miokard akut, perikarditis, kardiomiopati, miokarditis, regurgitasi tricuspid, insufisiensi aorta, ventrikel septal defect sedang, tirotoksikosis, Hipertrofi atrium kiri menyebabkan pinggang jantung merata atau menonjol kearah lateral. Pada hipertrofi ventrikel kanan, batas pekak jantung melebar ke lateral kanan dan/atau ke kiri atas. Pada perikarditis pekat jantung absolut melebar ke kanan dan ke kiri. Pada emfisema paru, pekak jantung mengecil bahkan dapat menghilang pada emfisema paru yang berat, sehingga batas jantung dalam keadaan tersebut sukar ditentukan.
4. Auskultasi (periksa dengar)
            Auskultasi ialah merupakan cara pemeriksaan dengan mendengar bunyi akibat vibrasi (getaran suara) yang ditimbulkan karena kejadian dan kegiatan jantung dan kejadian hemodemanik darah dalam jantung.
            Alat yang digunakan ialah stetoskop yang terdiri atas earpiece, tubing dan chespiece. Macam-macam ches piece yaitu bowel type dengan membran, digunakan terutama untuk mendengar bunyi dengan frekuensi nada yang tinggi; bel type, digunakan untuk mendengar bunyi-bunyi dengan frekuensi yang lebih rendah.
            Beberapa aspek bunyi yang perlu diperhatikan :
a). Nada berhubungan dengan frekuensi tinggi rendahnya getaran.
b). Kerasnya (intensitas), berhubungan dengan ampitudo gelombang suara.
c). Kualitas bunyi dihubungkan dengan timbre yaitu jumlah nada dasar dengan bermacam-macam jenis vibrasi bunyi yang menjadi komponen-komponen bunyi yang terdengar. Selain bunyi jantung pada auskultasi dapat juga terdengar bunyi akibat kejadian hemodemanik darah yang dikenal sebagai desiran atau bising jantung (cardiac murmur).
Bunyi Jantung
            Bunyi jantung adalah suara yang dihasilkan dari denyutan jantung dan aliran darah yang melewatinya. Disebut juga denyut jantung. Untuk memeriksanya digunakan stetoskop.Bunyi jantung dibagi menjadi bunyi jantung normal dan patologis yang mengindikasikan suatu penyakit. Bunyi jantung dikenali sebagai lub dan dub secara bergantian. Bunyi murmur dihasilkan oleh turbulensi aliran darah di jantung. Stenosis merupakan penyebab dari turbulensi tersebut. Insufisiensi katup menyebabkan aliran darah berbalik dan bertabrakan dengan aliran yang berlawanan arah. Pada keadaan ini, murmur akan terdengar menjadi bagian dari tiap siklus jantung.
1. Bunyi S1
            S1 disebabkan oleh penutupan dari katup mitral dan katup trikuspidalis pada fase kontraksi isovoumetrik. Faktor-faktor yang mempengaruhi intensitas BJ I yaitu:
a. Kekuatan dan kecepatan kontraksi otot ventrikel, Makin kuat dan cepat makin keras bunyinya.
b.  Posisi daun katup atrio-ventrikular pada saat sebelum kontraksi ventrikel. Makin dekat terhadap posisi tertutup makin kecil kesempatan akselerasi darah yang keluar dari ventrikel, dan makin pelan terdengarnya BJ I dan sebaliknya makin lebar terbukanya katup atrioventrikuler sebelum kontraksi, makin keras BJ I, karena akselerasi darah dan gerakan katup lebih cepat.
c. Jarak jantung terhadap dinding dada. Pada pasien dengan dada kurus BJ lebih keras terdengar dibandingkan pasien gemuk dengan BJ yang terdengar lebih lemah. Demikian juga pada pasien emfisema pulmonum BJ terdengar lebih lemah. Bunyi jantung I yang mengeras dapat terjadi pada stenosisis mitral.
2. Bunyi S2
            S2 disebabkan karena pentupan katup aorta dan katup pomonal pada fase relaksasi isovolumetrik. Terjadinya split S2 merupakan keadaan fisiologi karena penutupan katup aorta lebih dahulu dibandingkan katup pulmonalis. Split tidak terjadi pada durasi yang tetap. Split s2 tergantung pada pernapasan, postur tubuh, dan kondisi patologis tertentu.
3. Bunyi S3
            ketika didengar, terdengar lebih jelas pada pada saat pengisian ventrikel. Bunyi ini normal pada bayi, tapi ketika didengarr pada orang dewasa, sering dihubungkan dengan dilasi ventrikel seperti ditemukan pada kegagalan ventrikel.
4. Bunyi S4
            Bunyi jantung 4 (S4), terdengar, karena vibrasi dari dinding ventrikel selama kontraksi atrium. Bunyi ini biasanya dihubungkan dengan penegangan ventrikel, dan dan oleh karena itu bunyi ini terdengar pada pasien hipertropi ventrikel, miokardi iskemia, atau pada orang tua. Selain dari bunyi keempat jantung tersebut, yaitu bunyi lainnya seperti bunyi murmurs juga dapat didengar.
Gangguan Jantung
            Cor pulmonale atau penyakit jantung berkenaan dengan paru-paru adalah suatu perubahan di (dalam) struktur dan fungsi bilik jantung yang benar [hati/jantung] sebagai hasil suatu kekacauan berhubung pernapasan. Ventricular benar Hypertrophy ( RVH) adalah perubahan yang utama di (dalam) cor kronis pulmonale, sedangkan kasus akut, pembesaran mendominasi. Kedua-Duanya hypertrophy dan pembesaran adalah hasil meningkat ventricular tekanan benar.
            Pembesaran sangat utama suatu peregangan bilik jantung, hasil yang segera meningkat(kan) tekanan di (dalam) suatu kontainer elastis. Ventricular hypertrophy adalah suatu tanggapan adaptip [bagi/kepada] suatu peningkatan jangka panjang di (dalam) tekanan. Sel Otot individu tumbuh lebih besar dan mengalami karakteristik perubahan morphologic untuk memungkinkan contractile kekuatan yang ditingkatkan yang diperlukan untuk pindah;gerakkan darah [itu] melawan terhadap pembalasan lebih besar.

BAB III
PENUTUP

III.1. Kesimpulan
            Kesimpulan yang dapat ditarik dari percobaan ini adalah:
1. Pemeriksaan fisis jantung dapat dilakukan dengan empat cara yaitu inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
2. Inspeksi dilakukan memperhtikan posisi denyut dari apeks jantung. Letak apeks jantung dapat ditentukan dengan cara inspeksi dan palpasi, apeks jantung terletak di bagian kiri ICS V. Selain itu, papasi dilakukan untuk merasakan seberapa besar gaya dorong jantung.
3. Letak jantung manusia adalah bagian atas pada intercosta 2, bagian bawah pada intercosta 5, dibagian kiri pada media clapicularis sinistra, sedangkan pada bagian kanan terletak pada media clapicularis paraternalis dextra.
4. Stetoskop digunakan untuk auskultasi yaitu mendengar bunyi jantung. Bunyi yang dapat didengar adalah bunyi jantung I dan II, sedangkan bunyi jantung III tidak dapat terdengar, dan tidak terdengar bunyi jantung IV. Bunyi jantung IV hanya tertedengar dalam keadaan patologis.

III.2. Saran
            Untuk asisten
            Dalam memberikan penjelasan kepada praktikan lebih ditingkatkan, agar praktikan lebih mudah memahami materi yang dijelaskan.
            Untuk laboratorium
Sebaiknya bagian laboratorium melengkapi alat-alat di laboratorium yang akan digunakan sehingga pratikum dapat berjalan dengan lancar.



DAFTAR PUSTAKA

Anonim. 2009. Cor Pulmonale. http://en.wikipedia.org/.  (2 Juli 2009)
Anonim. 2009. Jantung. http://id.wikipedia.org/. (2 Juli 2009)
Guyton dan Hall. 2008. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran (Textbook Of Medical Physiology), Buku kedokteran EGC, Jakarta.
Odhemila. 2008. Laporan fisiologi Pemeriksaan Fisik Jantung. http://odhemila.blogspot.com/. (2 Juli 2009)
Yusuf, Irawan. 2001. Sistem Kardiovaskuler Bagian I Fisiologi Jantung. Makassar.

No comments:

Post a Comment