Friday, May 27, 2011

ASKEP : Trauma Ekstremitas

BAB I

PENDAHULUAN


1.1  LATAR BELAKANG
Trauma ekstremitas jarang menimbulkan kematian pada penderita trauma, sehingga tidak mengherankan bila pembentukan dan pemeliharaan jalan pernapasan yang memuaskan, Ventilasi yang tepat serta Pengendalian dan Pendarahan, Pemulihan pendarahan bias mendahului Penatalaksanaannya. Perlu diingat bahwa akibat trauma ekstrimitas dapat memperberat masalah yang mengancam nyawaini.
Nyeri yang menyertai trauma Ekstremitas bias menyokong Pasien, Ekstremitas dapat merupakan tempat kehilangan cairan. Membahas masalah trauma Ekstremitas tidak terlepas dengan hubungannya kulit, dimana kulit berfungsi melindungi Tubuh dari trauma dan merupakan benteng pertahanan terhadap bakteri, Virus dan jamur. Kehilangan panas dan penyimpangan panas diatur melalui Vasodilatasi Pembuluh Darah kulit atau sekresi kelenjar keringat
            Setelah kehilangan seluruh Kulit,maka cairan tubuh yang penting akan menguap dan Elektrolit-elektrolit akan hilang dalam beberapa jam saja. Contoh dari keadaan ini adalah Penderita luka bakar.Kulit yang menutupi ke empat ekstremitas meliputi lebih dari 50 persen permukaan tubuh dan bila terbakar, terpotong atau terabrasi, maka ia berpotensi sebagai tempat masuk infeksi. Pengenalan dini dan perhatian yang tepat terhadap luka ini termasuk pemakaian pembalut steril, penggunaan antibiotik dapat mencegah terjadinya infeksi.
            Sehingga penting mengenal bahwa terapi tepat bagi ekstremitas yang cedera yang tidak hanya penting bagian tersebut nantinya tetapi bias memainkan peranan besar dalam melangsungkan hidup pasien.
BAB II
PEMBAHASAN

2. 1  TRAUMA EKSTREMITAS DENGAN POTENSI ANCAMAN NYAWA
A.      Kerusakan Pelvis berat dengan pendarahan
1. Trauma
Fraktur Pelvis yang disertai perdarahan sering kali disebabkan Fraktur sakroiliaka, dis lokasi, atau Fraktur sacrum yang kemudian akan menyebabkan kerusakan posteriol oseus ligamenteus kompleks. Kemudian arah gaya yang membuka pelvis ring, akan merobek pleksus Vena di pelvis dan kadang-kadang merobek system arteri iliaka interna (Trauma komprensi anterior posterior). Mekanisme trauma Pelvis ring disebabkan trabrakan sepeda  Motor atau pejalan kaki yang ditabrak kendaraan, benturan langsung pada pelvis atau jatuh dari ketinggian lebih dari 3,5 meter.
Pada tabrakan kendaraan, mekanisme Fraktur pelvis yang tersering adalah tekanan yang mengenai sisi lateral pelvis dan cenderung menyebabkan hemi pelvis rotasi kedalam, mengecilkan rongga pelvis dan melepas regangan system Vaskularisasi  pelvis. Gerakan rotasi ini akan menyebabkan Trauma uretra atau buli-buli. Trauma urogenital bagian bawah ini jarang akan menimbulkan kematian baik perdarahan yang terjadi maupun komplikasinya, sehingga tidak separah Trauma pelvis yang tidak stabil.
2. Pemeriksaan
Bila perdarahan pelvis banyak,maka akan tejadi dengan cepat, dan diagnosis harus dibuat secepat mungkin agar dapat dilakukan tindakan resusitasi.Hipotensi yang sebabnya tidak diketahui merupakan salah satu indikasi adanya disruksi pelvis berat dengan instabilitas posterior ligamentous kompleks. Tanda kliniks yang paling penting adalah adanya pembekakan atau hematom yang progeresif pada daerah panggul, skrotum atau perianal. Pada keadaan ini akan ditemukan kegagalan resusitasi cairan inisial. Tanda-tanda trauma pelvis yang tidak stabil adalah adanya patah tulang terbuka daerah pelvis ( terutama daerah perineum,rectum atau bokong) Hemi pelvis yang tidak stabil akan tertarik keatas oleh tarika otot  dan rotasi eksternal karena pengaeuh sekunder dari grafitasi. Kemudian pelvis tidak stabil dapat dibuktikan dengan merapatkan klista iliaka pada spina iliaka anterior posterior. Gerakan dapat dirasakan waktu memegan Krista iliaka dan hemi pelvis yang tidak stabil diteklan kedalam atau keluar.
3. Pengelolaan
Pengelolaan awal disruksi pelvis berat disertai perdarahan memerlukan penghentian pendarahan dan resusitasi cairan. Traksi kulit longitudinal atau traksi skeletal dapat dikerjakan sebagai tindakan pertama. Praktur pelvis terbuka dengan pendarahan yang jelas, memerlukan balut tekan dengan tampon untuk menghentikan pendarahan.

B.      Pendarahan besar arterial
1. Trauma
Luka tusuk di Ekstremitas dapat menimbulkan trauma arteri sirkulasi darah ke ekstremitas diselenggarakan oleh pembuluh arteri besar  yang berdiameter sekitar satu  cm, yang melalui lipat paha dan aksila. Arteri ini melanjutkan diri didekat tulang dan berpencar menjadi cabang-cabang lebih halus sewaktu menuju keujung jari tangan dan kaki. Pada tempat tertentu sepanjang perjalanannya cabang ini cukup dekat dengan kulit, sehingga dapat diraba oleh tangan pemeriksa. Titik berdenyut ini dapat bermanpaat dalam menentukan adanya aliran darah arteri dan kadang-kadang berguna untuk mengenal pendarahan. Trauma tumpul yang menyebabkan fraktur sendi atau dislokasi sendi dekat arteri dapat merobek arteri. Cedera ini dapat menimbulkan pendarahan besar pada luka terbuka atau perdarahan didalam jaringan lunak.
2. Pemeriksaan
Trauma ekstremitas harus diperiksa adanya perdarahan eksternal, hilangnya pulsasi nadi yang sebelumnya masih teraba, perubahan kualitas nadi, ekstremitas yang dingin, pucat dan pulsasi tidak ada di ekstremitas menunjukkan gangguan aliran darah arteri. Hematom yang membesar dengan cepat menunjukkan adanya trauma vaskuler. Cidera ini menjadi berbahaya jika hema dinamik penderita tidak stabil.
3. Pengololaan
Pengoelolaan perdarahan besar artari berupa tekanan langsung dan resusitasi cairan yang agresip. Jika fraktur disertai luka terbuka yang berdarah aktif harus segera diluruskan dan dipasang bidai serta balut tekan diatas luka. Dislokasi sendi harus langsung dibidai, karena usaha untuk melakukan reposisi sangat sulit, karena itu perlu konsultasi bedah.
C.Crush syndrome (Rabdomiolisis taroumatika)
1.Trauma
Crush syndrome adalah Keadaan kliniks yang disebabkan pelepasan zat berbahaya, hasil kerusakan otot, yang jika tidak ditangani akan menyebabkan kegagalan ginjal. Keadaan ini terdapat pada keadaan crush injury dan kompresi lama pada sejumlah otot, yang tersering paha dan betis. Keadaan ini disebabkan oleh gangguan perkusi otot, iskemia, pelepasan mioglobin dan zat toksik lainnya.
2.Pemeriksaan
Mioglobin menimbulkan urin berwarna gelap yang akan positif bila diperiksa untuk adanya hemoglobin. Pemeriksaan khusus mioglobin perlu untuk menunjang diagnosis. Rabdomiolisis dapat menyebabkan hipovolemi, metabolic asidosis, Hiperkalemia dan hipokalsemia.
3.Pengelolaan.
Pemberiaan cairan intra vena selama ekstritasi sangat penting  untuk melindungi ginjal dari gagal ginjal.Gagal ginjal yang disebabkan oleh hemoglobin dapat dicegah dengan pemberian cairan dan diuresis asmotik untuk meningkatkan isi tubulus dan aliran urin.

2.2  TRAUMA MENGANCAM EKSTREMITAS
A.Patah tulang tertbuka dan Trauma Sendi
1.Trauma
Pada patah tulang terbuka terdapat hubungan  antara tulang dengan lingkungan luar. Otot dan kulit mengalami cedera dan beratnya kerusakan jaringan lunak ini akan berbanding l;urus dengan energi yang menyebabkannnya. Kerusakan ini disertai kontaminasi bakteri, menyebabkan patah tulang terbuka mengalami masalah infeksi, gangguan penyembuhan dan gangguan fungsi.


2.Pemeriksaan
Diagnosis didasarkan atas riwayat trauma  dan pemeriksaan fisik ekstremitas yang menemukan fraktur dengan luka terbuka, dengan atau tanpa kerusakan luas otot, serta kontaminasi. Pengelolaan didasarkan atas riwayat lengkap kejadian dan pemeriksaan trauma, Jika terdapat luka terbuka didekat sendi, harus dianggap luka ini  berhubungan dengan alat masuk  kedalam sendi dan konsultasi bedah harus dikerjakan. Tidak boleh memasukkan zat warna atau cairan untuk membuktikan    rongga sendi berhubungan dengan  
Luka atau tidak . cara terbaik membuktikan hubungan luka terbuka dengan sendi adalah eksplorasi Bedah dan pembersihan luka .
3.Pengelolaan
Adanya patah tulang  atau  trauma sendi terbuka harus segera dapat dikenali. Setelah deskripsi luka atau trauma jaringan lunak  serta menentukan ada  atau tidaknya gangguan sirkulasi atau trauma syaraf maka segera dilakukan imobilisasi.
C.     Trauma vaskuler termasuk amputasi traumatika
1. Riwayat dan pemeriksaan
Trauma vaskuler harus dicurigai jika terdapat insufisiensi vbaskuler yang menyertai trauma tumpul, remuk,trauma tembus ekstremitasPada mulanya ekstremitas mungkin masih tampak hidup karena sirkulasi kolateral yang mencukupi aliran secara rtrograd. Trauma vaskuler parsial menyebablkan ekstremitas bagian distal dingin, pengisian kapiler lambat, pulsasi melemah. Aliran yang terputus menyebabkan ekstremitas dingin, pucat, dan nadi tak teraba.

2.Pengelolaan
Ekstremitas yang avaskuler secara akut harus segera dapat dikenal dan ditangani segera. Otot tidak mampu hidup tanpa aliran darah lebih dari 6 jam dan nekrosis akan segera terjadi. Saraf juga sangat sensitive terhadap keadaan tanpa oksigen. Operasi revaskularisasi segera diperlukan untuk mengembalikan aliran darah pada ekstremitas distal yang terganggu. Jika gangguan vaskularisasi di sertai fraktur, harus dikoreksi segera dengan meluruskan dan memasang bidai.
Jika terdapat gangguan vaskuler ekstremitas trauma setelah dipasang bidai atau gips, tanda-tandanya adalah menghilangnya atau melemahnya pulsasi. Bidai, gipsdan balutan yang menekan harus dilepaskan dan vaskularisasi dievaluasi.Jika trauma arteri disertai dislokasi sendi, Dokter yang terlatih boleh melakukan reduksi dengan hati-hati. Atau pasang bidai dan segera konsultasi bedah.

D.     Sindroma Kompartemen
1.Trauma
Sindroma kompartemen akan ditemukan pada tempat diman otot dibatasi oleh rongga fasia yang tertutup.Perlu diketahui bahwa kulit juga berfungsi sebagi lapisan penahan.Daerah yang sering terkena adalah tungkai bawah, lengan bawah,tangan, dan paha. Sindroma kompartemen terjadi bila tekanan diruang osteofasial menimbulkan iskemia dan berikutnya nekrosis. Iskemia dapat terjadi karena peningkatan isi kompartemen akibat udema yang timbul akibat revaskularisasi sekunder dari ekstremitas yang iskemi, atau karena penurunan isi kompartemen yang disebabkan tekanan dari luar misalnya dari balutan yang menekan.
2.Pemeriksaan
Gejala dan tanda sindroma kompartemen adalah:  nyeri bertambah dan khususnya meningkat dengan gerakan pasif yang meregangkan otot,parestesi didaerah distribusi saraf ferifer yang terkena,menurunnya sensasi atau hilangnya fungsi dari saraf yang melewati kompartemen tersebut, tegang serta bengkakdi daerah tersebut.Pulsasi di daerah distal biasanya masih teraba. Kelumpuhan atau parase otot dan hilanngnya pulsasi (disebabkan oleh tekanan kompartemen melebihi tekanan sitolik) merupakan tindak lanjut dari sindroma kompartemen.

3.Pengelolaan
Dibuka semua balutan yang menekan , gips dan bbidai. Penderita harus diawasi dan diperiksa setiap 30 sampai 60 menit. Jika tidak terdapat perbaikan, fasciotomi diperlukan.Sindroma kompartemen merupakan keadaan yang ditentukan oleh waktu.Semakin tinggi dan semakin lama meningkatnya tekanan intrakompartemen, makin besar kerusakan neuromuskuler dan hilangnya fungsi.Terlambat melakukan fasiotomi menimbulkan mioglobinemia, yang dapat mennimbulkan munurunnya fungsi ginjal.

E.      Trauma Neurologi akibat fraktur-dislokasi
1.       Trauma
Fraktur atau dislokasi, dapat menyebabkan trauma saraf yang disebabkan hubungan anatomi atau dekatnya posisis saraf dengan persendian, misalnya nervus iskhiadikus dapat tertekan oleh dislokasi posterior  sendi panggul  atau nervus aksillaris oleh dislokasi posterior sendi bahu. Kembalinya fungsi hanya akan optimal bila keadaan ini diketahui dan ditangani secara cepat.

2.       Pemeriksaan
Pada pemeriksaan biasanya akan didapatkan depormitas  dari ekstremitas. Pemeriksaan fungsi saraf memerlukan kerja sama penderita, setiap saraf ferifer yang besar di periksa fungsi motorik dan sensorik..
3.       Pengelolaan
Ekstremitas yang cedera harus segera di immobilisasi dalam posisi dislokasi dan konsultasi bedah segera dikerjakan. Jika terdapat indikasi dan dokter yang menangani mempunyai kemampuan, repossis dapat dicoba secara berhati-hati setelah reposisi.
2.3 TRAUMA EKSTREMITAS YANG LAIN
A.      Kontusio dan laserasi
Kontusio dan laserasi sederhana harus diperiksa untuk menyingkirkan trauma vaskuler dan saraf. Secara umum laserasi memerlukan penutupan luka. Jika laserasi meluas  sampai dibawah fasia, perlu intervensi operasi untuk membersihkan  luka dan memeriksa struktur-struktur dibawahnya yang rusak.
Kontusio umumnya dikenal karena ada nyeri dan penurunan fungsi. Palpasi menunjukkan adanya pembengkakan lokal dan nyeri tekan.Penderita tidak dapat mempergunakan ootot itu dan terjadi penurunan fungsi  karena nyeri. Kontusio diobati dengan istirahat dan pemakaian kompres dingin pada fase awal.Hati-hati akan luka kecil, terutama akibat crush injj7uryy, jika ekstremitas menderita beban sangat besar dan sangat perlahan, vaskularisasi akan terganggu dan kerusakan otot akan  terjadi walaupun ditemukan luka yang hanya kecil saja.Resiko tetanus meningkat akibat adanya luka yang lebih dari 6 jam dan disertai kontusio dabn abrasi, dalamnya lebih dari 1 cm.
B.      Trauma sendi

No comments:

Post a Comment